Breaking News

Isi Ceramah Gus Baha Soal Bung Karno, Viral Lantaran Singgung PDIP


Sejarah bangsa ini tak bisa dilepaskan dari ulama besar dan Bung Karno. Fakta sejarah tersebut diungkap KH Ahmad Bahauddin atau yang dikenal sebagai Gus Baha.

Dengan perjuangan heroik kiai-kiai Nusantara, tidak bisa dikerdilkan bangsa ini merdeka hanya karena jasa Soekarno saja.

Ulama Nahdlatul Ulama ini mengatakan, Bung Karno memang deklarator, akan tetapi perjuangan melawan penjajah didahului para kiai yang tergabung dalam partai Islam.

Suara cuplikan ceramah Gus Baha ini lantas viral, lantaran netizen menyuarakan apa yang diungkap sang ulama menyindir Megawati dan PDIP.

Berikut adalah pencerahan Gus Baha yang kini trending di Twitter sejak Minggu, 22 Agustus 2021.

Kata Gus Baha, orang-orang yang pro Megawati seakan-akan menilai jika Bung Karno yang memulai bangsa ini. Dengan pemahaman itu sampai lahir pandangan Soekarnoisme.

"Orang pro Megawati itu seakan-akan mendewakan Indonesia itu dimulai dari Bung Karno. Sampai ada Soekarnoisme bahwa seakan-akan Indonesia itu dimulai dari Bung Karno," kata Gus Baha.

Ulama Rembang ini tak menolak jika Bung Karno adalah yang mendeklarasikan kemerdekaan bangsa ini.

Tapi kata dia, umat Islam dan partai-partai Islam tak lantas berkecil hati soal hal tersebut.

"Memang deklarator kemerdekaan Indonesia itu Soekarno, tapi umat islam, dan partai-partai Islam itu nda kecil hati," katanya.

Gus Baha mengatakan, embrio Indonesia ada di 1908 jauh sebelum nasional ada. Mereka yang berani mengangkat senjata dan melawan Belanda adalah para pejuang Islam.

"Karena embrio yang bernama Indonesa itu dari 1908 sebelum ada partai nasional, yang berani melawan kolonialisme Belanda adalah partai-partai islam, karena ide yang mencetus bikin Indonesia adalah kiai-kiai islam. Jadi Indonesia itu enggak bisa meninggalkan partai Islam," tuturnya.

Dia menegaskan, yang mencetuskan untuk melawan penjajah adalah para kiai yang dimulai sejak angkatan Cokro Aminoto. 

"Kebangkitan Indonesia itu dimulai 1908. Karena saat itu yang mencetus ide melawan Belanda adalah kiai-kiai Islam. Saat itu bikin Serikat Dagang Islam, terus lama-lama menjadi Serikat Islam, terus lama-lama menjadi Partai Islam, dimulai dari angkatan Cokro Aminoto.

Bangsa Indonesia seharusnya tidak meninggalkan partai Islam, karena itu cikal bakal kepartaian yang lahir di Solo. 

"Jadi tidak bisa Indonesia itu meninggalkan Partai Islam, karena dulu era kepartaian, itu malah partai-partai Islam yang lahir di Solo, di Jogja.

Sebelum ada negara Indonesia, Gus Baha menyebut telah ada lebih dulu negara yang bernama Demak Bintoro, itu Negeri Islam. "Kan sebelum ada negara bernama Indonesia itu kan ada negara yang bernama Demak Bintoro, itu Negeri Islam," ucapnya menerangkan.

Dalam hal ini, ketika membaca sejarah, partai Islam ini tidak kalah tuanya dari PNI.

"Sehingga secara sejarahnya kita enggak kalah dengan tuanya partai PNI," kata Gus Baha.

Jangan sampai, kata dia bangsa ini dininabobokan oleh pemahaman seakan-akan Soekarno yang memulai bangsa ini. 

"Kan kaya dininabobokan bahwa seakan Indonesia itu dimulai dari Soekarno," ujarnya.

Dia tegas mengatakan, tak mungkin tidak menghormati Bung Karno. Akan tetapi jangan mengecilkan sejarah, karena ada perjuangan besar umat Islam dalam kemerdekaan bangsa ini.

"Kan enggak mungkin kita enggak menghormati Soekarno sebagai pahlawan besar. Kebesaran Pak Karno demi Bangsa Indonesia ini jangan kemudian direduksi disederhanakan hanya melewati partai. Tentu Pak Karno bikin semua ini untuk semua bangsa bukan hanya untuk PDIP saja, partai-partai margaisme saja, bukan juga partai-partai yang berpaham soekarnoisme saja," katanya.***

Diterbikan: oposisicerdas.com
Foto: Dokumen foto Gus Baha dan Megawati. Kata Gus Baha, orang-orang yang pro Megawati seakan-akan menilai jika Bung Karno yang memulai bangsa ini. Dengan pemahaman itu sampai lahir pandangan Soekarnoisme. /Kolase Gus Baha/Antara Foto
Isi Ceramah Gus Baha Soal Bung Karno, Viral Lantaran Singgung PDIP Isi Ceramah Gus Baha Soal Bung Karno, Viral Lantaran Singgung PDIP Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar