Breaking News

Direktur Pencegahan BNPT: Saya Pernah Terpapar Paham Radikal


Direktur pencegahan BNPT Brigjen R Ahmad Nurwakhid mengaku pernah terpapar paham radikal hingga membuatnya hampir berangkat ke Afganistan. Seperti apa ceritanya?

"Memang saya juga pernah terpapar paham radikal, sampai saya juga mau berangkat ke Afganistan," kata Ahmad Nurwakhid dalam acara webinar 'Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial' yang disiarkan di YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, Selasa (30/3/2021).

Ahmad Nurwakhid bercerita awal mula dia terpapar paham radikal ketika mendengar ceramah-ceramah dengan paham Salafi Wahabi di salah satu masjid di Solo. Sejak saat itu, ia mulai sering menghadiri kajian.

"Meskipun saya dilahirkan di lingkungan NU dan kemudian di sekolah Muhammadiyah sudah dikenalkan doktrin-doktrin al-wala wal-bara, setelah saya jadi Kapolsek di Solo Banjarsari kami sering mendengarkan ceramah di Al Mu'min Ruki di situlah berkenalan dengan Salafi Wahabi takfiri, akhirnya kami sering idat, sering liqo," ujar Ahmad Nurwakhid.

Ia menyebut, pada sekitar 1995-1996, pemerintah saat itu belum mewaspadai soal terorisme. Kemudian, setelah peristiwa bom Bali pada 2002, negara baru memiliki UU Terorisme sehingga Ahmad mulai berpaling dari paham radikal.

"Baru setelah 2002, ketika terjadi bom Bali negara baru peduli tentang radikalisme, alhamdulillah saya sudah mulai sadar, transisi sampai ketemu ideologi pengganti. Tercabutnya ideologi takfiri yang berawal dari pemahaman atau mazhab Salafi Wahabi takfiri tadi itu akan hilang jika terganti dengan ideologi Islam yang kaffah," ungkap Ahmad.

"Yang tadinya Islam dipahami sebagai iman Islam dan jihad, iman Islam dan khilafah. Maka harus tergantikan secara benar, yaitu iman, Islam, dan ihsan. Iman, Islam, dan akhlakul kharimah tadi yang dijelaskan oleh KH Said Aqil Siroj," sambungnya.

Sebelumnya, Ketum PBNU Said Aqil menyampaikan strategi untuk menghabisi jaringan terorisme. Said Aqil menyebut memberantas jaringan terorisme dilakukan dari benihnya atau pintu masuknya ajaran ekstremisme, yaitu ajaran Wahabi.

"Ini artinya, kalau kita benar-benar sepakat, benar-benar kita satu barisan ingin menghabisi jaringan terorisme, benihnya dong yang harus dihadapi. Benihnya, pintu masuknya yang harus kita habisi. Apa? Wahabi, ajaran Wahabi itu adalah pintu masuk terorisme," kata Said Aqil dalam webminar 'Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial' yang disiarkan di YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, Selasa (30/3/2021).

Said Aqil menegaskan ajaran Wahabi bukan terorisme, tetapi pintu masuk terorisme. Sebab, ajarannya dianggap ajaran ekstremisme.

"Ajaran Wahabi bukan terorisme, bukan, Wahabi bukan terorisme, tapi pintu masuk. Kalau udah Wahabi 'ini musyrik, ini bid'ah, ini sesat, ini nggak boleh, ini kafir, itu langsung satu langkah lagi, satu step lagi sudah halal darahnya boleh dibunuh'. Jadi benih pintu masuk terorisme adalah Wahabi dan Salafi. Wahabi dan salafi adalah ajaran ekstrem," ujarnya.

Diterbikan: oposisicerdas.com
Foto: Direktur pencegahan BNPT Brigjen R Ahmad Nurwakhid (Screenshot YouTube TVNU)
Direktur Pencegahan BNPT: Saya Pernah Terpapar Paham Radikal Direktur Pencegahan BNPT: Saya Pernah Terpapar Paham Radikal Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar