Habib Umar Alhamid: Ketika Oportunis Berkuasa, Negara Menuju Kehancuran
Ketua Umum Generasi Cinta Negeri (Gentari), Habib Umar Alhamid, melontarkan pertanyaan tajam yang menggugah kesadaran publik: masih adakah orang-orang idealis di republik ini, atau ke mana mereka menghilang? Pertanyaan tersebut bukan sekadar kegelisahan personal, melainkan refleksi atas kondisi bangsa yang dinilainya kian rapuh akibat dominasi sikap oportunistik dalam kekuasaan.
Menurut Habib Umar, bangsa Indonesia saat ini justru berada pada fase paling membutuhkan kehadiran sosok-sosok idealis—figur yang berani menjaga nilai, moral, dan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi maupun kelompok. Namun realitas yang terlihat, kata dia, justru sebaliknya.
“Saya katakan, ketika terlalu banyak orang oportunis duduk dan berada dalam lingkaran kekuasaan, maka bangsa dan negara ini berada dalam bahaya besar dan sangat berbahaya,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (18/12/2025).
Habib Umar mengingatkan bahwa oportunisme dalam kekuasaan bukan persoalan sepele. Ia menyebut, jika kekuasaan dikuasai oleh mereka yang hanya mengejar keuntungan sesaat, maka keberlangsungan pemerintahan dan masa depan negara akan berada di ujung tanduk.
“Jika dibiarkan, bangsa Indonesia ini bisa benar-benar hanya tinggal nama. Tinggal sejarah dan kenangan, seperti yang pernah diingatkan Prabowo,” ujarnya.
Ia menilai, oportunisme melahirkan kebijakan tanpa nurani, keputusan tanpa keberpihakan, dan kekuasaan tanpa tanggung jawab moral. Dalam kondisi seperti itu, rakyat hanya menjadi objek, bukan subjek pembangunan.
Lebih jauh, Habib Umar menyoroti situasi global yang semakin kompleks dan sulit diprediksi. Dunia sedang bergerak cepat dengan konflik geopolitik, krisis ekonomi, perubahan iklim, dan pergeseran kekuatan global. Namun, ia menilai Indonesia belum benar-benar siap menghadapi tantangan tersebut secara matang dan berdaulat.
“Melihat kondisi dunia saat ini, bangsa Indonesia belum siap dan belum mampu berbuat banyak. Arah dan tujuan dunia sulit diprediksi, sementara kita justru sibuk dengan kepentingan internal yang sempit,” katanya.
Ketidaksiapan tersebut, menurutnya, semakin diperparah oleh absennya kepemimpinan yang berlandaskan idealisme dan visi kebangsaan jangka panjang.
Dalam kritiknya yang tajam, Habib Umar menyebut bahwa banyak elite hari ini hanya mengandalkan “otak”, namun melupakan hati nurani. Ia menilai, ketika akal digunakan tanpa nilai moral, maka yang lahir bukan kecerdasan sejati, melainkan kelicikan.
“Otak hanya menjadi alat imajinasi dan akal-akalan. Digunakan untuk manipulasi, kelicikan, dan pembenaran kepentingan. Dari situlah lahir kerakusan dan keserakahan tanpa batas,” paparnya.
Ia menegaskan, tanpa hati nurani, kekuasaan tidak akan pernah merasa cukup. Selalu ada ambisi baru, selalu ada kepentingan baru, dan selalu ada pengorbanan—yang sayangnya hampir selalu ditanggung oleh rakyat kecil.
Habib Umar Alhamid menyerukan agar bangsa Indonesia kembali melahirkan dan memberi ruang bagi orang-orang idealis—baik di dunia politik, birokrasi, maupun ruang publik lainnya. Menurutnya, idealisme bukan kelemahan, melainkan fondasi utama bagi tegaknya sebuah negara yang berdaulat dan bermartabat.
“Negeri ini tidak akan selamat hanya dengan kecerdikan. Negeri ini butuh keberanian moral, kejujuran, dan kesediaan berkorban demi kepentingan yang lebih besar,” tegasnya.
Ia juga mengajak generasi muda untuk tidak larut dalam pragmatisme kekuasaan, melainkan menjadi penjaga nilai dan arah bangsa. Sebab, tanpa idealisme, Indonesia berisiko kehilangan jati dirinya di tengah pusaran dunia yang semakin keras dan tak berperikemanusiaan.
“Bangsa besar bukan hanya dibangun oleh orang pintar, tetapi oleh orang-orang yang masih memiliki hati nurani,” pungkas Habib Umar.
Sumber: suaranasional
Foto: Habib Umar Alhamid (IST)
Habib Umar Alhamid: Ketika Oportunis Berkuasa, Negara Menuju Kehancuran
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:

Tidak ada komentar