Breaking News

Sejarah Gas Air Mata, Kandungan Kimia dan Cara Menetralisasi Efek Pedih


Gas air mata ramai diperbincangkan setelah tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang. Lakrimator, nama lain gas air mata yang sering dipakai aparat kepolisian untuk memukul mundur demonstran, memiliki sensasi menyengat pada selaput lendir mata, sehingga mengakibatkan keluarnya air mata.

Efek gas air mata mengiritasi saluran pernapasan atas, memicu batuk, dan membuat kulit terasa terbakar. Zat kimia yang paling sering digunakan pada pembuatan gas air mata adalah senyawa halogen organik sintetis.

Meski namanya gas air mata, bentuknya berupa cairan atau padatan yang dapat terdispersi halus di udara. Penggunaannya melalui semprotan, generator kabut, atau granat dan cangkang.

Jenis lakrimator atau gas air mata yang paling umum penggunaannya adalah chloroacetophenone atau CN dan chlorobenzylidenemalononitrile atau CS.

Komponen utama CN adalah agen aerosol Mace dan banyak digunakan dalam pengendalian kerusuhan. Ini mempengaruhi terutama mata.

CS memiliki efek iritasi yang lebih kuat dan menyebabkan sensasi terbakar di saluran pernapasan dan menutup mata secara tidak sengaja. Hanya saja, efeknya lebih cepat hilang, setelah hanya 5 hingga 10 menit menghirup udara segar.

Senyawa lain yang digunakan atau disarankan sebagai gas air mata termasuk bromoaseton, benzil bromida, etil bromoasetat, xylil bromida, dan bromobenzil sianida.

Efek gas air mata bersifat sementara dan reversibel dalam banyak kasus. Masker gas dengan filter arang aktif memberikan perlindungan yang baik terhadapnya. Gas air mata bekerja dengan melepaskan inhalansia yang menyusup ke selaput lendir.

Cara Menetralisasi Efek Gas Air Mata

1. Gunakan masker dengan filter arang
2. Bilas mata Anda dengan air dingin
Saat membilas mata dari sudut dalam ke sudut luar, hindari membiarkan air yang terkontaminasi mengalir ke kulit atau pakaian

3. Oleskan pasta gigi di sekitar mata untuk mengurangi efek pedih

4. Jangan Gunakan Air Panas
Bilas pakaian dan tubuh dengan air dingin. Jangan gunakan air panas. Menggunakan air panas akan membuka pori-pori dan membiarkan bahan kimia meresap lebih dalam, sehingga menyebabkan iritasi kulit yang lebih parah. Jangan mandi, karena hanya akan merendam diri dalam bahan kimia.

5. Cari Udara Segar
Udara segar membantu menghilangkan kelebihan bubuk gas air mata dan akan mencegahnya tertiup kembali ke mulut atau mata.

6. Segera hindari area yang dipenuhi gas
Manajer Keselamatan dan Kepatuhan Operasi AfterMath di Aurora, Andrew Whitmarsh menjelaskan, bahan kimia aktif dalam gas air mata berbentuk padat pada suhu kamar.

Meski gas air mata dianggap sebagai senjata kimia yang tidak mematikan, efek langsungnya dapat merusak.

Sejarah Penemuan Gas Air Mata

Lektor kepala di Universitas Bournemouth, Inggris,
Anna Feigenbaum, menjelaskan penggunaan gas air mata secara besar-besaran terjadi pada Perang Dunia I.

Walakin, penulis buku Tear Gas: From the Battlefields of World War I to the Streets of Today itu menyebut sebelum Perang Dunia I berlangsung, polisi Prancis justru sudah mencoba penggunaan gas air mata kepada para pelaku tindak kejahatan di negeri-negeri jajahannya di Afrika.

Penggunaan gas air mata justru meningkat setelah Perang Dunia I berakhir. Amerika Serikat sebagai kampiun kapitalisme menjadikan gas air mata sebagai ladang bisnis.

"Jadi, di AS, orang yang akhirnya mengambil alih Divisi Peperangan Kimia -aktif selama perang- pergi dengan misi bersama teman-temannya yang kuat di penerbitan, pengacara, dan humas untuk menciptakan pasar komersial bagi gas air mata.

Namanya Jenderal Amos Fries," ujar Feigenbaum dalam wawancara dengan VOX Media pada pertengahan 2020. Selama periode 1919 hingga awal 1920-an, Jenderal Amos dan rekan-rekan bisnisnya mendekati kepolisian.

Mereka juga beriklan untuk menjangkau pembeli. "Pada pertengahan 1920-an, gas air mata mulai menjadi hal biasa di gudang senjata polisi," ucap Feigenbaum.

Di AS, lakrimator juga dikenal dengan sebutan CS gas atau chlorobenzalmalononitrile. CS merupakan perpaduan dari inisial terakhir dua ilmuwan yang menemukannya pada 1928, yakni Ben Corson dan Roger Stoughton.

Berakhirnya Perang Dunia I membuat ribuan tentara AS pulang kampung dan butuh pekerjaan. Akan tetapi, tidak banyak lapangan pekerjaan yang tersedia saat masa beralih dari peperangan ke era damai.

Kondisi itu berimbas pada meningkatnya agitasi pemogokan buruh, bahkan sampai memicu kerusuhan di kalangan warga Amerika keturunan Afrika.

Warga kulit putih di AS menganggap mantan tentara Afro-Amerika memperoleh banyak keuntungan semasa perang. Selama periode 1919-2021 saja terdapat 29 kekerasan karena aksi mogok dan kerusuhan rasial di AS.

Hal itu memaksa pemerintah AS menurunkan tentara untuk menciptakan ketertiban. Gas air mata pun menjadi pilihan untuk membubarkan massa. Menurut Feigenbaum, upaya membubarkan massa dalam kerusuhan biasanya meninggalkan jejak dan ceceran darah.

Namun, hal itu tidak terjadi pada penggunaan gas air mata. "Anda tidak tampak seperti orang jahat, cuma membuat orang-orang kelihatan acak-acakan," tutur Feigenbaum.

Pada 1932, ribuan veteran Perang Dunia I menggelar aksi bertitel Bonus Army March dengan melakukan mars ke Washington DC untuk mengeklaim uang yang dijanjikan pemerintah.

Era Great Depression pada waktu itu membuat banyak orang jatuh miskin. Aksi itu menjadi kaos. Pemerintah AS mengerahkan militernya untuk mengatasi aksi tersebut.

Para veteran yang ikut aksi tidak membawa senjata sama sekali. Adapun tentara pemerintah menggunakan gas air mata. Insiden itu menjadi pemberitaan utama di berbagai media.

Namun, pemberitaan itu juga mejadi bahan promosi tentang keberhasilan penggunaan gas air mata. Feigenbaum mengungkapkan CS yang digunakan saat ini sudah jauh berbeda dibandingkan versi 1950-an.

Setiap waktu pabrik pembuat gas air mata menciptakan yang lebih baru demi keamanan.

"Di lain waktu mereka mengatakan itu memiliki dampak lebih besar," ucap Feigenbaum.

Sumber: fajar
Foto: Penggunaan gas air mata yang menyebabkan iritasi pada selaput lendir mata diduga menjadi penyebab banyaknya korban berjatuhan pada tragedi Kanjuruhan.
Sejarah Gas Air Mata, Kandungan Kimia dan Cara Menetralisasi Efek Pedih Sejarah Gas Air Mata, Kandungan Kimia dan Cara Menetralisasi Efek Pedih Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar