Breaking News

Pengakuan Striker Persebaya, Kanjuruhan Disaster Jauh Lebih Parah dari Perang Azerbaijan dan Armenia


Striker Persebaya Silvio Junior menyebut Kanjuruhan Disaster atau tragedi Kanjuruhan Malang jauh lebih parah dibanding perang Azerbaijan dan Armenia.

Pengalaman mengerikan Junior itu diungkap melalui program Esporte Espetacular di TV Globo.

Target man Green Force itu mengaku tak menyangka kemenangan atas Arema FC berakhir jadi tragedi mengerikan.

Ia menceritakan, sesaat setelah peluit panjang, para pemain Persebaya sempat merayakan kemenangan.

Akan tetapi itu hanya sesaat lantaran aparat keamanan langsung menyuruh para pemain dan official Persebaya meninggalkan lapangan.

Dalam perjalanan menuju kamar ganti, selebrasi luapan emosi masih sempat dilakukan.

Perayaan itu juga sempat berlanjut di kamar ganti. Tapi itu tidak berlangsung lama.

Karena polisi langsung datang dan menyarankan agar secepat mungkin meninggalkan Stadion Kanjuruhan.

“Di kamar ganti, kami merayakan kemenangan. Tapi tiba-tiba polisi datang, dan bilang: ‘Berhenti, berhenti…cepat lari, jika tidak, kalian tidak akan bisa pergi,” ungkapnya.

Penggawa Persebaya pun tak memiliki banyak waktu.

“Kami langsung berganti pakaian dengan cepat, tanpa mandi terlebih dulu,” tuturnya.

Dari ruang ganti pemain, polisi langsung mengawal menuju sejumlah kendaraan taktis yang sudah menunggu.

“Polisi kemudian menghampiri dan mengawal kami. Semua serba terburu-buru. Benar-benar gila.” kata dia.

Akan tetapi, mereka tetap tidak bisa langsung meninggalkan stadion.

“Kami lalu berhasil keluar dan masuk ke dalam kendaraan taktis dan selanjutnya hanya bisa menunggu,” beber Junior.

Di dalam kedaraan taktis itu, ia menyaksikan dengan kepala dan mata sendiri pemandangan mengerikan di sekitar stadion.

“Kami bertahan di selama beberapa jam, menunggu dan menyaksikan pemandangan itu. Ini sungguh nyata,” kata dia.

Ia lantas menceritakan pengalamannya saat bermain untuk sebuah klub di Azerbaijan yang saat itu terlibat perat etnis dengan Armenia.

Menurutnya, apa yang terjadi malam itu melebihi perang Azerbaijan dan Armenia.

“Saya pernah (bermain) di Azerbaijan, saat itu sedang perang dengan Armenia, dan dan saya tidak melihat hal-hal yang saya lihat di sana (Azerbaijan).”

“Kami melihat melalui kaca depan Rantis. Pemandangannya seperti perang,” imbuhnya.

Meski berhasil meninggalkan Stadion Kanjuruhan, tapi perjalanan bukan berarti aman.

“Mereka melemparkan banyak benda. Mereka melemparkan benda yang membuat kaca Rantis retak.”

“Ada sebuah mobil polisi di sebelah kami. Mereka merusak semuanya.” kata dia.

Sementara gelandang asing Persebaya Hugo Vidal tak menyangka rivalitas Persebaya dan Arema akan sebesar itu.

“Saya diberitahu ini adalah laga klasik. Saya dari Curitiba, dan berpikir ini kurang-lebih akan sama seperti di Atletiba. Tapi ternyata lebih besar.

Bahkan ia menilai, derbi Jawa Timur ini lebih besar dibandingkan di Atletiba.

“Orang datang ke sana untuk mendukung timnya. Tensi sudah ada sejak awal hingga akhir pertandingan,” beber Vidal.

Vidal tidak bisa membayangkan bila tim meninggalkan stadion dengan menggunakan bus.

“Kami, sesama pemain Brasil berkomentar, jika kami berada di dalam bus, kami tentu akan mati.”

“Kami bisa saja terbakar hidup-hidup di dalam bus. Anda tidak bisa membayangkan kejadian itu,” tuturnya.

Sumber: pojoksatu
Foto: Detik-detik tragedi Kanjuruhan Malang
Pengakuan Striker Persebaya, Kanjuruhan Disaster Jauh Lebih Parah dari Perang Azerbaijan dan Armenia Pengakuan Striker Persebaya, Kanjuruhan Disaster Jauh Lebih Parah dari Perang Azerbaijan dan Armenia Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar