Breaking News

Tradisi Leluhur, Jual Kopi Dibayar Gabah


Saat panen raya tiba, ada yang menarik di Desa Pijeran, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Ada transaksi seperti dulu kala, di mana barter diterapkan oleh pedagang kopi dengan pemilik sawah.

Kopi dibayar dengan gabah. Berikut kisahnya.

Pagi yang sejuk, ada 5 pedagang kopi berkeliling menjajakan dagangannya dengan cara dipikul. Mereka menjajakan dagangannya lengkap dengan pikulan yang berisi dari tungku, kayu bakar hingga perlengkapan membuat minuman.

Biasanya, para pemilik sawah akan meminta pedagang untuk menyediakan kopi serta jajanan bagi para buruh tani.

Namun, saat pembayaran, si penjual kopi tidak mau menerima uang. Pembayarannya dilakukan dengan gabah atau padi hasil panen. Hal itu dilakukan oleh Suraji.

"Saya sudah 10 tahun menggeluti usaha ini. Ini berat pikulannya 80 kg, " ujar Suraji mengawali perbincangan dengan Kantor Berita RMOLJatim, Minggu (20/3).

Dia mengatakan, jika menjajakan usaha kopi keliling adalah usaha orang tuanya. Kemudian dia menggantikannya ketika orang tuanya tak lagi kuat.

"Tapi bukan pekerjaan total. Saya menjajakan kopi setahun sekali selama satu bulan saat panen raya tiba. Itu pun hanya saat panen padi," katanya.

Jika panen, biasanya satu bulan penuh untuk berdagang. Selebihnya, bekerja sebagai buruh tape.

"Kalau nggak dagang ya buruh tani," imbuh Suraji.

Dia tidak hanya menjajakan kopi saja. Namun juga membawa teh, susu. Pun jajanan tradisional seperti gandos, peyek, tahu, pisang.

"Biasanya saya keliling mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB," papar Suraji.

Dalam sehari, total ada 50 gelas berhasil ia jual. Penghasilannya ditentukan dari kebaikan hati si pemilik sawah. Jika ketemu yang dermawan, bakal dapat banyak.

"Kalau yang dermawan biasanya kasih banyak, kalau yang pelit ya ngasih gabahnya sedikit," tuturnya.

Saat disinggung kenapa tidak menerima uang sebagai alat pembayaran.

"Ini meneruskan tradisi. Sehari bisa dapat 50 kilogram gabah," ungkapnya.

Disinggung soal pengalaman terpeleset saat menjajakan dagangannya, Suraji mengaku seringkali terjadi. Beruntung, meski terpeleset dia masih bisa menahan pikulan sehingga tidak langsung terguling.

"Sering kepleset, tapi nggak sampai tumpah (terguling)," terang Suraji.

Sementara, salah satu pemilik lahan Kateno, mengaku senang dengan tradisi seperti ini. Sebab, saat repot mengurusi hasil panen dia pun tidak disibukkan dengan mencarikan jajanan bagi para buruh.

"Lumayan terbantu, ini kan tradisi. Upahnya ditukar sama padi," pungkas Kateno. 

Diterbikan: oposisicerdas.com
Foto: Suraji, pedagang kopi dengan pembayaran barter/RMOLJatim
Tradisi Leluhur, Jual Kopi Dibayar Gabah Tradisi Leluhur, Jual Kopi Dibayar Gabah Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar