Breaking News

Sakit Apa Bung Karno Jelang G30S/PKI?


Dalam film 'Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI' garapan Arifin C Noer, Presiden Sukarno dikabarkan dalam kondisi kritis dan berisiko meninggal. Sebenarnya bagaimana kesehatan Bung Karno menjelang kudeta kelam itu?

"Menurut Profesor Wu, keadaan kesehatan Paduka Yang Mulia Bung Karno cukup kritis. Tentu saja bukan berarti tidak ada kemungkinan sembuh. Tapi dua kemungkinan terburuk bisa menimpa Paduka, yaitu kemungkinan lumpuh atau meninggal," demikian suara tim dokter kepresidenan dalam film yang dirilis pada 1984 itu.

Taomo Zhou, Asisten Profesor di Universitas Teknologi Nanyang (NTU), Singapura, menguraikan kondisi Sukarno menjelang G30S/PKI. Laporannya bertajuk 'China dan Gerakan 30 September' dimuat dalam Jurnal 'Indonesia' Volume 98, tahun 2014, terbitan Cornell University Southeast Asia Program.

Kondisi kesehatan Sukarno yang buruk membuat pikiran-pikiran kotor kudeta tumbuh di benak para politikus. Ada pihak yang hendak menggantikan Sukarno sebagai Presiden Republik Indonesia bila akhirnya Sukarno meninggal dunia.

Benar, Republik Rakyat China (RRC) memberikan bantuan medis kepada Sukarno pada awal 1960-an. Namun, pada 1965, kondisi kesehatan Bung Karno tidaklah seburuk yang dispekulasikan oleh sarjana-sarjana Barat. Baik Beijing maupun PKI tidak berpendapat Bung Karno bakal segera meninggal dunia saat itu.

Desember 1961, Duta Besar RI untuk China, Sukarni, dan Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri RRC, Chen Yi, mengadakan pertemuan. Sukarni mengatakan bahwa Bung Karno minta bantuan kepada China.

"Sukarno telah bersembunyi dari Amerika Serikat (AS) dan mencari bantuan dari China untuk masalah kesehatannya," demikian tertulis dalam laporan Wakil Perdana Menteri Chen Yi dalam pertemuan dengan Dubes RI ke China, 22 Desember 1961.

AS sudah tahu duluan mengenai kondisi kesehatan Bung Karno sejak akhir 1964. Pada akhir 1964, Dubes RRC untuk RI Yao Zhongming melaporkan bahwa media Barat telah memberitakan kemungkinan Sukarno mundur dari jabatannya karena alasan kesehatan. Namun tak satu pun media di Indonesia yang memberitakan soal itu. PKI juga tidak terlalu memperhatikan isu ini.

Ternyata sumber informasi soal berita kesehatan Sukarno berasal dari dokter di Wina, Austria. Dokter itu mengaku menemukan batu di ginjal kanan Bung Karno. Dokter itu memprediksi Bung Karno bakal meninggal dunia dalam kurun waktu tiga bulan bila batu ginjal itu tidak diangkat lewat operasi bedah.

China mengirimkan bantuan. November 1964, tim medis yang dipimpin urologis Dr Wu Jieping tiba di Indonesia. Mereka tidak setuju dengan diagnosis dokter di Wina, Austria. Dokter China mengatakan Bung Karno bukan sakit gara-gara batu ginjal (meski ada pula masalah ginjal), melainkan karena masalah kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).

Tim medis menyampaikan diagnosis, resep, dan perawatan, seperti akupunktur dan obat herbal. Sukarno dinilai lebih sreg dengan kapsul herbal China, cenderung sedikit overdosis. Misalnya resep menginstruksikan agar obatnya lima kali butir saja, tapi Sukarno menelannya enam butir. Dokter China kecewa terhadap sikap Bung Karno.

Namun Sukarno sehat kembali dan akhirnya Dr Wu Jieping kembali ke negaranya pada awal Januari 1965. Meski begitu, ada tim medis China yang menyediakan penanganan kesehatan sehari-hari. Yang jelas, Sukarno tidak menjalani operasi batu ginjal kala itu.

Namun, pada Agustus 1965, Bung Karno menderita vasospasme serebral, penyempitan pembuluh darah arteri otak. Politikus-politikus Indonesia menjadi ribut. Inilah yang dikatakan memicu eskalasi ketegangan sebelum G30S.

4 Agustus 1965, pagi hari, Sukarno pusing setelah bangun tidur, vertigo, mual, muntah, dan berkeringat. Pukul 10.00 WIB, tim medis China berada Istana Kepresidenan untuk memeriksa Bung Karno.

"Sampai sejauh ini, belum jelas betul apakah kondisi Presiden akan memburuk atau tidak. Sekarang kami memberikan perawatan untuknya, dan tidak ada tanda bahwa Presiden akan pingsan. Tolong kabarkan ke Aidit (DN Aidit, Ketua CC PKI)," demikian bunyi pesan dokter dari China.

Beberapa jam kemudian, tim medis menulis, "Kami mendiagnosis Sukarno menderita sakit meniere. Tidak ada darah beku karena pendarahan otak. Kami berharap pemulihan bertahap dalam waktu singkat, namun kami juga butuh dikabari soal kemungkinan pembentukan darah beku dan yang terkait komplikasi di hati dan ginjalnya."

Sakit mendadak Bung Karno membuat pemimpin China gusar. Perdana Menteri RRC Zhou Enlai memerintahkan Kementerian Kesehatan memeriksa laporan kondisi Sukarno, supaya China bisa mengirimkan ahli saraf ke Jakarta. Nantinya ahli saraf ini bakal berangkat ke Indonesia bersama DN Aidit, yang kebetulan sedang mengunjungi Pemimpin China Mao Zedong.

5 Agustus, sebelum ahli saraf berangkat, China sudah mendapat kabar terbaru. Tim medis China melaporkan kondisi Sukarno sudah membaik secara signifikan sejak pagi hari. Dia bisa berbicara, tertawa, dan sarapan seperti biasanya. Serangan vasospasme otak sudah tidak ada. Namun tim medis tidak menjamin Bung Karno akan sehat terus.

"Serangan (vasospasme serebral) itu mengungkapkan bahwa arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah) telah mempengaruhi seluruh tubuhnya, termasuk hati, ginjal, dan otak. Kondisi kesehatan jangka panjangnya mengkhawatirkan," kata tim medis China.

Bung Karno sendiri terlihat percaya diri. Dia mengatakan tak punya keluhan. Jelang perayaan kemerdekaan RI, 15 Agustus 1965, Menlu RRC Chen Yi datang diundang ke Jakarta. Chen Yi menyarankan Bung Karno untuk tidak berpidato pada 17 Agustus dan menunjuk perwakilan saja untuk pidato. Bung Karno tidak mau karena itu bisa memicu pergolakan politik. Nyatanya, Bung Karno tampil prima di pidato 17 Agustus 1965.

Namun tim medis China frustrasi lantaran Bung Karno emoh menuruti saran supaya hidup sehat. Mereka menyarankan Bung Karno mengurangi beban kerja dan mengendalikan aktivitas seksualnya. Bung Karno tutup telinga. Dia juga berhenti meminum obat penenang dan obat antihipersensitif.

Dokter-dokter China memutuskan untuk pulang saja karena pasiennya tidak kooperatif. Selanjutnya, dokter kepresidenan, yakni Dr Suharto dan Dr lauw Ing Tjhiong, menangani langsung Bung Karno.

Source: detik
Diterbikan: oposisicerdas.com
Foto: Ilustrasi: Perdana Menteri RRC Zhou Enlai dan Presiden Sukarno. (Sumber: Situs Kemdikbud)
Sakit Apa Bung Karno Jelang G30S/PKI? Sakit Apa Bung Karno Jelang G30S/PKI? Reviewed by Admin on Rating: 5

Tidak ada komentar