Breaking News

Warganet Bandingkan Kebakaran Terra Drone dan Ponpes Ambruk, Penegakan Hukum Dinilai Tebang Pilih


Gelombang kritik bermunculan di media sosial setelah warganet membandingkan penanganan hukum pada kasus kebakaran ruko Terra Drone di Kemayoran yang menewaskan 22 orang dengan penanganan insiden robohnya Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo yang menyebabkan 67 santri meninggal dunia.

Perbandingan itu menjadi sorotan setelah unggahan seorang pengguna media sosial viral dan memicu diskusi luas. 

Banyak warganet menilai bahwa respons negara terhadap dua tragedi besar tersebut terlihat berbeda, sehingga menimbulkan kesan tebang pilih.

Dirut Terra Drone Ditahan, Pengasuh Ponpes Justru Dapat Bantuan

Dalam kasus Terra Drone, polisi bergerak cepat. Direktur Utama perusahaan berinisial MW telah ditetapkan sebagai tersangka setelah penyidik mengantongi dua alat bukti permulaan yang cukup. Penetapan tersangka dilakukan hanya beberapa hari setelah kebakaran yang menewaskan 22 korban.

Sebaliknya, pada kasus robohnya bangunan Ponpes Al Khoziny—yang menimbulkan korban jiwa jauh lebih banyak—belum ada penetapan tersangka. Pemerintah pusat melalui sejumlah kementerian justru memberikan dukungan dan bantuan, termasuk rencana pembangunan ulang fasilitas pesantren menggunakan APBN sebesar Rp125 miliar.

Perbedaan inilah yang kemudian memantik respons publik.

Warganet Soroti Ketimpangan Sikap

Unggahan yang beredar berisi narasi:

“Gedung terbakar, 22 meninggal, dirutnya jadi tersangka. Pesantren roboh, 67 meninggal, pengasuhnya dapat bantuan negara.” tulis akun narkosun.

Narasi tersebut mendapatkan ribuan retweet, komentar, dan reaksi, memperlihatkan tingginya perhatian masyarakat terhadap ketimpangan penanganan kedua kasus.

Sejumlah warganet mempertanyakan mengapa pada kasus robohnya ponpes—yang diduga terjadi karena bangunan tak memenuhi standar konstruksi—belum ada proses hukum yang menjerat pihak penanggung jawab. Mereka menilai negara seharusnya adil dalam menindak siapa pun yang lalai hingga menyebabkan hilangnya nyawa warga.

Di kolom komentar, sejumlah pengguna media sosial menyuarakan kekecewaan terhadap apa yang mereka anggap sebagai ketidakadilan dalam penegakan hukum.

Seorang warganet dengan akun @akarrrandu menulis:

“Korban tewas ribuan, rumah hancur ribuan, barang bukti kayu gelondongan ada, tersangka nggak ada!!!”

Komentar itu mendapat ribuan suka dan ratusan retweet, menandakan besarnya perhatian publik.

Akun @ellidapid juga menyinggung faktor politik:

“Gedung yang terbakar itu nggak ngaruh ke suara saat pemilu, jadi ya diproses sewajarnya. Sedangkan yang pesantren roboh, bisa mempengaruhi perolehan suara sampai tingkat nasional. Makanya dibuat berhutang untuk pemilu berikutnya.”

Sementara akun lain @kangsurya85 menilai dua kasus tersebut menunjukkan ketimpangan perlakuan hukum:

“Inilah contoh konkret di mana pemberlakuan hukum terhadap sesama warga negara itu tidak sama. Walaupun sama-sama berakibat hilangnya nyawa banyak orang.”

Komentar-komentar ini kemudian dibagikan kembali secara masif hingga menjadi salah satu topik pembahasan terbesar terkait isu hukum dan kebencanaan hari ini.

Sumber: inilahkoran
Foto: Warganet Bandingkan Kebakaran Terra Drone dan Ponpes Ambruk/Net

Warganet Bandingkan Kebakaran Terra Drone dan Ponpes Ambruk, Penegakan Hukum Dinilai Tebang Pilih Warganet Bandingkan Kebakaran Terra Drone dan Ponpes Ambruk, Penegakan Hukum Dinilai Tebang Pilih Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar