Jabatan Wali Kota Prabumulih Arlan 'Di Ujung Tanduk' Gara-gara Ulah Anaknya di Sekolah?
Sebuah insiden yang tampak sepele di sebuah sekolah menengah pertama kini
telah berevolusi menjadi krisis politik yang berpotensi mengancam posisi
orang nomor satu di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan (Sumsel).
Akibat ulah putranya yang diduga menjadi pemicu pencopotan seorang kepala
sekolah, jabatan Wali Kota Prabumulih, H. Arlan, kini disebut-sebut berada
'di ujung tanduk'.
Meskipun terdengar hiperbola, ancaman ini bukanlah isapan jempol. Di era
media sosial yang serba cepat, kemarahan publik yang terakumulasi dapat
menjadi kekuatan dahsyat yang mampu "menggoyang" kursi kekuasaan sekuat apa
pun.
Kasus ini meledak setelah Kepala Sekolah SMPN 1 Prabumulih, Roni Ardiansyah,
dicopot secara mendadak.
Publik menduga kuat bahwa ini adalah "hukuman" karena ia berani menegur
putra Wali Kota Arlan yang membawa mobil ke sekolah. Meskipun pemerintah
kota membantah dan mengeluarkan berbagai dalih, publik sudah terlanjur
skeptis.
Kini, kasus ini bukan lagi sekadar tentang nasib seorang kepala sekolah,
melainkan tentang integritas dan citra Wali Kota H. Arlan. Berikut adalah
beberapa alasan mengapa blunder ini bisa sangat berbahaya bagi karier
politiknya.
1. Krisis Kepercayaan Publik yang Meluas
Ini adalah ancaman paling nyata. Publik kini melihat Arlan sebagai pemimpin
yang diduga menggunakan kekuasaannya untuk melindungi kepentingan keluarga.
Dalih "rotasi biasa" hingga pengungkapan mendadak kasus "chat mesum" guru
justru memperburuk keadaan, membuatnya terlihat tidak transparan dan
defensif. Kepercayaan adalah modal utama seorang politisi, dan sekali ia
terkikis, akan sangat sulit untuk membangunnya kembali.
2. Sorotan dari Otoritas yang Lebih Tinggi
Kasus yang sudah viral secara nasional ini pasti akan sampai ke telinga
otoritas yang lebih tinggi, seperti Gubernur Sumatera Selatan, Kementerian
Dalam Negeri, atau bahkan Kemendikbud.
Jika investigasi independen menemukan adanya penyalahgunaan wewenang, Arlan
bisa mendapatkan sanksi administratif atau bahkan politik yang serius.
Sebagai kepala daerah yang baru menjabat, catatan buruk di awal karier akan
sangat merugikan.
3. 'Amunisi' Bagi Lawan Politik
Di dunia politik, blunder adalah "amunisi" bagi lawan. Kasus ini akan
menjadi senjata yang sangat efektif bagi lawan-lawan politik Arlan di masa
depan.
Setiap kali ia berbicara tentang penegakan aturan atau reformasi birokrasi,
publik dan lawan politiknya akan selalu teringat pada insiden ini. Citranya
sebagai pemimpin yang bersih dan adil kini telah tercoreng.
Jika Arlan berniat untuk kembali maju dalam kontestasi politik berikutnya,
kasus ini akan menjadi "dosa asal" yang akan terus diungkit. Para pemilih
akan mengingatnya sebagai pemimpin yang terseret dalam kasus arogansi
kekuasaan yang melibatkan putranya.
Pada akhirnya, "ulah anak di sekolah" ini telah menjadi ujian kepemimpinan
yang sesungguhnya bagi Wali Kota H. Arlan.
Bagaimana ia menavigasi krisis ini, apakah dengan terus membantah atau
mengambil langkah ksatria untuk memulihkan kepercayaan publik akan sangat
menentukan nasib dan warisan karier politiknya di masa depan.
Sumber:
suara
Foto: Wali kota Arlan/Net
Jabatan Wali Kota Prabumulih Arlan 'Di Ujung Tanduk' Gara-gara Ulah Anaknya di Sekolah?
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:

Tidak ada komentar