Adab Lebih Tinggi dari Ilmu: Pelajaran Berharga dari Kontroversi Gus Miftah
Kontroversi Miftah Maulana alias Gus Miftah yang mengolok-olok dengan kata
kasar kepada penjual es teh membuatnya mendapat kritikan pedas dari
warganet. Tak sedikit yang kecewa dengan perbuatannya, mengingat Gus Miftah
adalah seorang penceramah.
Di media sosial, banyak netizen menekankan pentingnya adab atau akhlak
sebelum ilmu, mengutip pepatah Arab Al Adabu Fauqol 'Ilmi yang berarti “Adab
Lebih Dahulu daripada Ilmu.” Salah satunya adalah akun TikTok fitriloloallo
yang mengunggah potongan ceramah Ustaz Abdul Somad tentang adab dan ilmu, di
atas gambar ilustrasi penjual teh yang diolok-olok Gus Miftah.
"Adab lebih tinggi daripada ilmu. Saya lebih suka orang yang ilmunya
biasa-biasa saja tapi beradab daripada orang banyak hapal ayat, banyak hapal
hadits, tapi kurang ajar. Yang paling tinggi ilmunya adalah Iblis. Iblis
ilmunya lebih tinggi daripada malaikat," katanya, ditulis Rabu (4/12/2024).
@fitriloloallo Kita tidak akan pernah tau dari arah mana saja Allah akan mengangkat dan merendahkan derajat kita. Dari kejadian ini banyak orang yg open donasi dan ingin memberangkatkan umroh untuk bapak penjual es☺️ Sehat terus dan di lancarkan rezeki untuk menghidupi keluarga di rumah pak🤲🙏 #penjualesviral ♬ suara asli - Abe
Sementara itu di laman Instagram @GusMiftah, kritikan pedas juga berdatangan
dari netizen. Rata-rata mempertanyakan adab Gus Miftah yang disebut tak
sesuai dengan ajaran Islam.
"Dahulukan ADAB diatas Ilmu," kata warganet.
"Lidah mu mencerminkan watakmu. Kau suka menghinakan dan merendahkan orang
lain, siap2 aja Allah akan menghinakan anda juga!" pesan yang lain.
"Ilmu gak ada, apalagi adab. Gusss gussss.. semoga dapat hidayah yahhh !!!"
tulis warganet.
Kedudukan Adab dan Ilmu dalam Islam
Dalam Islam, pencarian ilmu dipandang sebagai ibadah, bukan hanya aktivitas
intelektual. Melansir laman IAIN Kudus, ulama besar abad ke-7 Hijriah, Imam
Badruddin Ibnu Jama'ah, menegaskan bahwa ilmu hanya dapat membawa manfaat
jika disertai dengan persiapan spiritual dan akhlak yang mulia.
Dalam karyanya yang terkenal, Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim, ia
menguraikan pedoman etis untuk para ulama dan pelajar, yang tetap relevan
hingga saat ini. Proses mencari ilmu dikatakannya memberikan tuntutan tidak
hanya bagi pelajar, tapi juga guru.
Bagi para guru, penting untuk selalu menyadari pengawasan Allah (muroqabah)
dalam setiap langkahnya. Mereka dituntut memiliki niat yang tulus dalam
menyebarkan ilmu demi pengabdian kepada Allah, bukan untuk mencari pujian
atau keuntungan duniawi. Selain itu, menjaga kesucian spiritual dan fisik
menjadi hal yang esensial agar ilmu yang diajarkan dapat membawa keberkahan.
Sementara itu, bagi pelajar, proses belajar harus dimulai dengan kerendahan
hati, disertai upaya membersihkan hati dari sifat-sifat negatif seperti iri,
kesombongan, dan ketidakjujuran. Pelajar juga diingatkan untuk memandang
ilmu sebagai sarana pengabdian kepada Allah dan masyarakat, bukan sekadar
alat untuk mencapai pencapaian pribadi atau prestise akademik.
Kasus yang melibatkan Gus Miftah menjadi pelajaran nyata bagaimana akhlak
memainkan peran penting, terutama bagi sosok publik yang sering dijadikan
panutan.
Dalam Islam, menegur adalah bagian dari amar ma'ruf nahi munkar (mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran), namun harus dilakukan dengan cara
yang baik dan bijaksana. Nabi Muhammad SAW sendiri mengajarkan pentingnya
kelembutan dalam berdakwah. Sebuah hadis menyebutkan:
"Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam segala
urusan." (HR. Bukhari dan Muslim).
Imam Badruddin mengingatkan bahwa belajar dan mengajarkan ilmu bukan sekadar
proses akademis, tetapi perjalanan spiritual yang membutuhkan pemurnian hati
dan niat. Kontroversi ini menjadi momentum untuk kembali merenungkan
pentingnya Al Adabu Fauqol 'Ilmi.
Sebuah pengingat bahwa ilmu tanpa adab hanya akan melahirkan kesombongan,
sedangkan akhlak yang baik akan selalu membawa keberkahan.
Waketum Gerindra Jawab Desakan Copot Gus Miftah
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Budisatrio Djiwandono mengatakan, bahwa
Utusan Khusus Presiden Miftah Maulana harus dievaluasi setelah adanya ucapan
kepada seorang penjual es teh ketika mengisi ceramah di Magelang, Jawa
Tengah.
Dia pun menyayangkan adanya ucapan-ucapan dari pria bernama asli Miftah
Maulana Habiburrahman itu yang dinilai kurang baik tersebut. Apalagi, kata
dia, ucapan seperti itu justru dilontarkan oleh seorang pemimpin.
"Kita menyayangkan kalau ada mungkin pernyataan-pernyataan yang tidak baik,"
kata Budisatrio di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Menurut dia, Gerindra pun menerima masukan dan kritik dari masyarakat
terkait adanya permintaan agar Presiden Prabowo Subianto mencopot Miftah
Maulana dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden.
"Kita serahkan keputusan-keputusan kalau ada," kata pria yang juga menjabat
sebagai Wakil Ketua Komisi I DPR RI itu sebagaimana dilansir Antara.
Sumber:
suara
Foto: Gus Miftah. [Instagram/gusmiftah]
Adab Lebih Tinggi dari Ilmu: Pelajaran Berharga dari Kontroversi Gus Miftah
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:

Tidak ada komentar