Breaking News

Raja Arab 'Penuh Darah': Habisi Warga Lokal Demi Proyek Gila?


Pada 2016 Arab Saudi mengeluarkan program ambisius bernama Saudi Arabia's Vision 2030. Program ini bertujuan untuk mentranformasi Arab Saudi menjadi lebih "bebas" untuk melangkah.

Lebih dari itu, program ini juga bertujuan untuk membuka mata pencaharian baru. Tentu saja selain eksplorasi minyak.

Berbagai proyek 'gila' pun dicanangkan oleh pihak kerajaan. Proyek-proyek tersebut sangat ambisius dan memakan dana yang besar.

Mulai dari kota futuristik NEOM, Qiddiya, hingga pembangunan pusat pemukiman dan bisnis baru seperti The Mukaab dan The Line. Namun, di balik berbagai proyek mercusuar tersebut, laporan mengatakan bagaimana pihak kerajaan Arab Saudi telah melakukan tindakan di luar batas kemanusiaan ke warga lokal.

Bagaimana bisa?

Dimulainya seluruh konstruksi disebut sebagai bencana bagi warga lokal. Dalam laporan BBC, khusus proyek NEOM di mana terdapat The Line di dalamnya, warga lokal dari suku Huwaitat 'dihabisi'.

Tercatat ada 20.000 orang dari suku Huwaitat dipindahkan paksa untuk memulai pembangunan kota yang memiliki tujuan "mengutamakan manusia" itu. Mereka disebut telah ditangkap, dilecehkan, dan diculik oleh pihak keamanan setelah memprotes proyek pembangunan.

Kasus paling fenomenal menimpa kepala suku Huwaitat, Abdul Rahum Al-Huwaiti. Mengutip Al Jazeera, Abdul sebelumnya mewakili sukunya dan sangat vokal menyuarakan kritik terhadap pihak kerajaan di akun Youtube sejak April 2020.

Namun tak lama setelah itu, tulis BBC, kediaman Abdul Rahim disantroni dan diawasi pihak keamanan. Hingga akhirnya dia ditembak mati di kediamannya tanpa alasan jelas.

Kepolisian Saudi mengklaim kematiannya itu disebabkan karena upaya berontak yang dilakukan Al-Huwaiti, yang ingin menembak lebih dulu. Namun, istrinya menolak pernyataan polisi.

Tak hanya itu, mengutip laporan lembaga Hak Asasi Manusia (HAM) Arab Saudi, ALQST, ada tiga orang lain yang dibantai oleh pihak kerajaan. Mereka adalah Shadli Al-Huwaiti, Ibrahim Al-Huwaiti, dan Ataullah Al-Huwaiti.

Seluruhnya tewas di tangan keamanan. Dalam laporan lembaga itu, mereka dijatuhi hukuman mati.

Bahan sepanjang 2022, ALQST mencatat sudah ada 122 orang yang dieksekusi karena menganggu jalannya proyek ini. Dan, ini hanya gunung es sebab di masih ada penindasan selain hukuman mati

"Pihak berwenang Saudi telah berulang kali melakukan penggusuran paksa untuk membersihkan wilayah penduduk. Seluruhnya terangkum dalam operasi yang ditandai dengan kurangnya transparansi dan pelanggaran seperti kegagalan untuk membayar kompensasi yang memadai," tulis ALQST.

Atas permasalahan ini banyak ahli yang berpendapat jika proyek Arab Saudi bakal bernasib sama seperti stadion megah di Piala Dunia Qatar 2022. Perlu diketahui Qatar juga dikritik dari sisi HAM karena pembangunan yang dianggap tak berperikemanusiaan, di mana banyak pekerja migran meninggal.

"Akankah NEOM menjadi langkah pertama menuju liberalisasi negara? atau apakah kota itu hanyalah proyek prestise lain dari negara kaya minyak di Timur Tengah? Sayangnya, dalam nada yang mirip dengan Piala Dunia FIFA di Qatar, Neom mungkin yang terakhir: sebuah proyek futuristik yang tampak utopis dan modern dari luar tetapi diganggu oleh pelanggaran hak asasi manusia dan masalah lingkungan dari dalam," tulis Mina Marie Schmidt di Spectator

Menurut Rowan Mooer di The Guardian, tujuan liberalisasi Arab Saudi ini sangat goyah mengingat kental dengan noda hitam HAM. Proyek-proyek tersebut bisa saja menjadi batu sandungan bagi Arab Saudi sendiri dan jika berhasil pun mereka akan dicap sebagai rezim yang penuh "lumuran darah".

Hal ini tentu menjadi ironi sebab seluruh kota tersebut nantinya diisi oleh orang-orang kaya seluruh dunia. Sedangkan penghuni lama harus hidup penuh sengsara. 

Sumber: cnbc
Foto: Foto: Sebuah bendera Arab Saudi berkibar di atas gedung konsulat di Istanbul pada 17 Oktober 2018. (AFP via Getty Images/OZAN KOSE)
Raja Arab 'Penuh Darah': Habisi Warga Lokal Demi Proyek Gila? Raja Arab 'Penuh Darah': Habisi Warga Lokal Demi Proyek Gila? Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar