Breaking News

Istana Presiden Diduduki Massa, Guru Besar UI : Ini Seperti Krisis Ekonomi Asia 98 Tapi Kini di Dunia


Guru Besar Hukum Internasional UI Prof Hikmahanto Juwana menyikapi pendudukan Istana Presiden Sri Lanka oleh ribuan massa. Hal itu menurutnya mirip krisis ekonomi 98.

Krisis ekonomi global yang terjadi saat ini membuat masyarakat dunia mulai berani untuk melakukan tindakan melawan hukum terhadap pemerintah negaranya sendiri.

Hal ini tercermin dalam dua peristiwa, yakni penembakan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan aksi massa di rumah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan PM Sri Lanka Ranil Wickremesinghe.

Prof Hikmahanto Juwana mengatakan, peristiwa penembakan mantan PM Jepang Shinzo Abe bisa jadi bentuk awal kekerasan politik yang memantik kemarahan masyarakat akibat adanya sentimen negatif terhadap pemerintah.

“Fenomena ke arah sana (kekerasan politik) ada ya. Soalnya si penembak kan merasa ibunya bangkrut karena agama tertentu yang dekat dengan politisi,” ucap Hikmahanto, Minggu (10/7).

Dia juga melihat fenomena serupa di Sri Lanka. Di mana protes dari rakyat berakibat rumah Presiden Sri Lanka diduduki massa karena kegagalan pengelolaan negara hingga terjebak pada krisis.

“Fenomena ini seperti krisis ekonomi di Asia 98 tapi sekarang di dunia,” ucapnya.

Dia menambahkan, pandemi Covid-19 dan juga perang yang terjadi di Ukraina menjadi penyumbang kegalauan masyarakat dunia terkait kondisi ekonomi yang fluktuatif.

“Krisis yang dipicu oleh pandemi Covid 19 dan sekarang perang di Ukraina. Ini telah memunculkan stagflasi perekonomian dunia,” jelas Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani soal kejadian di Sri Lanka dan Jepang ini.

Sumber: pojoksatu
Foto: Aksi protes rakyat Sri Lanka karena negara bankrut terlilit utang. Foto net
Istana Presiden Diduduki Massa, Guru Besar UI : Ini Seperti Krisis Ekonomi Asia 98 Tapi Kini di Dunia Istana Presiden Diduduki Massa, Guru Besar UI : Ini Seperti Krisis Ekonomi Asia 98 Tapi Kini di Dunia Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar