Breaking News

Cerita Bakamla Berhadapan dengan Cina Saat Jaga Blok Minyak di Laut Natuna


Kepala Badan Keamanan Laut atau Bakamla Laksamana Madya TNI Aan Kurnia bercerita soal upaya pengamanan aktivitas eksplorasi minyak di Blok Tuna, di Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau. 

Aktivitas eksplorasi oleh Premier Oil Tuna BV, anak usaha Harbour Energy Company asal Inggris, ini sebelum diprotes oleh pemerintah Cina karena mengklaim masuk wilayah mereka.

Tak hanya melancarkan protes, kapal penjaga pantai Cina juga kerap lalu lalang di sekitar lokasi eksplorasi, bahkan mengelilingi.  

Akan tetapi, Bakamla memastikan kegiatan eksplorasi ini tetap berjalan sesuai rencana, dimulai awal Juni dan berakhir November ini.

“Kita sudah satu poin menang, dalam tanda kutip, tugas kami dan TNI Angkatan Laut mengawal,” kata Aan Kurnia dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 22 Desember 2021.

Blok Tuna yang berada di dekat perbatasan dengan Vietnam ini persisnya berada di titik paling luar di Zona Ekonomi Eksklusif atau ZEE Indonesia. 

Premier Oil Tuna lalu bermitra dengan Zarubezhneft, perusahaan negara Rusia, akhir November lalu.

Premier Oil mengkonfirmasi keberadaan kandungan hidrokarbon yang terdeteksi pada 2014 di lapangan tersebut. 

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas mencatat jumlah cadangan minyak dan gas sementara di Blok Tuna kira-kira 158 juta barel dan 535 miliar kaki kubik gas.

Selama proses eksplorasi minyak, Aan mengatakan armada Bakamla selalu menjaga di jarak 2 sampai 3 mil dari Blok Tuna. 

Sementara, kapal penjaga pantau Cina berada di jarak 4 sampai 5 mil. 

Bakamla dan TNI Angkatan Laut bergantian tugas menjaga kegiatan ini kalau ada kebutuhan pengisian bahan bakar. 

“Jadi dia tidak boleh mendekat ke area pengeboran,” kata Aan.

Setelah eksplorasi rampung, maka akan berlanjut ke tahap eksploitasi. Sejauh ini Aan memastikan tidak ada gangguan secara fisik ke aktivitas di Blok Tuna. 

Saat ditanya mengenai eskalasi tensi di lokasi hari ini, Aan hanya menjawab, 

“Ya biasalah, tetap komunikasi antar kapal, kami sampaikan, eh lu masuk wilayah gue, ga boleh, tapi dia tetap berargumen dengan alasannya, tapi kita tetap sesuai aturan,” ujarnya.  

Tapi aktivitas pemantauan kapal penjaga pantai di Cina di sekitar eksplorasi hanyalah satu kejadian. 

Di luar itu, beberapa perubahan terjadi di Laut Cina Selatan, yang masih bersengketa dengan sejumlah negara, dan berbatasan dengan Laut Natuna Utara. 

Sejak 2020, Cina sudah mengumumkan pendirian dua distrik administratif baru di Pulau Paracel dan Kepulauan Spartly di Laut Cina Selatan.

Aan juga menyebut Cina sudah memberi izin kepada Bakamla mereka untuk menggunakan senjata tertentu dan mengharuskan kapal yang lewat di wilayah yang mereka klaim untuk meminta izin. 

Tapi di sisi lain, kapal-kapal Eropa, Amerika Serikat, dan Australia, pun juga hadir di sana atas nama freedom of navigation.

Aan mengakui perubahan kondisi ini akan berdampak bagi pengamanan di Blok Tuna ke depannya, karena eksploitasi minyak dan gas masih akan berlangsung puluhan tahun ke depan.

Bakamla, kata dia, dipastikan akan meningkatkan armada, aset, sistem informasi, radar, dan sistem peringatan dini untuk menjaga area ini. 

“Kami ada buku putihnya, setiap tahun mau ngapain, sudah ada,” kata dia.

Tapi kehadiran Bakamla, dan juga TNI Angkatan Laut, saja dinilai tak cukup. Aan menyebut ada tiga aspek yang diperlukan untuk mengamankan Blok Tuna ini, dan wilayah Laut Natuna Utara secara keseluruhan. 

Pertama yaitu simbol negara dengan kehadiran Bakamla dan TNI Angkatan Laut. Kedua yaitu diplomasi, baik di level luar negeri maupun Bakamla antar negara.

Aspek ketiga yaitu ekonomi yang dinilai belum maksimal. 

Di luar eksplorasi minyak, Bakamla sudah mengajukan pembentukan Nelayan Nasional Indonesia atau NNI agar makin banyak nelayan lokal di Natuna. 

“Jadi ekonomi harus bisa (aktif) di sana,” kata dia. [tempo]

Foto: China Arogan Pamer Kekuatan di ZEE Natuna, Jepang Hibahkan Bantuan Kapal Pengawas Perikanan. Kapal penjaga pantai (coast guard) China yang membandel mengawal kapal nelayan China mencuri ikan di perairan Indonesia, Natuna/globalnation.inquirer.net
Cerita Bakamla Berhadapan dengan Cina Saat Jaga Blok Minyak di Laut Natuna Cerita Bakamla Berhadapan dengan Cina Saat Jaga Blok Minyak di Laut Natuna Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar