Breaking News

Perseturuan Demokrat-Moeldoko, Ternyata Sudah Dimulai Sejak 2015


Perseteruan antara Partai Demokrat yang dipimpin oleh Agus Harimurti Yudhoyono dan klaim Kepala Staf Presiden Moeldoko akhir-akhir ini tengah memasuki babak baru.

Namun Partai Demokrat menyebut ambisi Moeldoko untuk melakukan intervensi pada partai berlogo Mercy ini bukan baru terjadi.

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra kepada wartawan, Minggu 3 Oktober 2021 mengatakan hal itu setidaknya sudah dimulai pada 2014. Saat itu, ambisi Moeldoko untuk jadi seorang Presiden mulai muncul.

“Ada seorang pengusaha nasional yang menghadap Presiden SBY dan meminta restu Pak SBY, agar PD mengusung Moeldoko sebagai Calon Presiden. KSP Moeldoko saat itu masih perwira aktif dan baru saja diangkat menjadi Panglima TNI,” kata Herzaky.

Pada bulan Mei 2015, di suatu pagi, dengan menggunakan seragam dinas Panglima TNI, Moeldoko pernah datang ke Cikeas.

Hari itu, tokoh sentral Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono akan berangkat ke Surabaya untuk melakukan Kongres Partai Demokrat.

Kehadiran Moeldoko ditanggapai antusias oleh SBY. Mengingat seorang panglima TNI datang jauh-jauh sepagi itu ke Cikeas.

Namun ternyata kedatangan Moeldoko pagi itu hanya untuk membujuk SBY untuk mengangkat Marzuki Alie sebagai Sekjen jika terpilih lagi sebagai Ketua Umum Demokrat.

“Pak SBY marah. Beliau marah, bukan saja karena Moeldoko yang adalah Panglima TNI aktif telah melanggar konstitusi dan undang-undang dengan melakukan politik praktis dan intervensi, tetapi beliau juga marah karena sebagai salah satu penggagas dan pelaksana reformasi TNI, pak SBY tidak rela TNI dikotori oleh ambisi pribadi yang ingin berkuasa dengan cara-cara yang melanggar aturan dan hukum,” ucap Herzaky.

Setelah pensiun dari TNI, Moeldoko datang lagi ke Cikeas. Meminta jabatan tinggi di kepengurusan Partai Demokrat.

Pak SBY sampaikan, kalau gabung dengan PD beliau mempersilakan. Kalau soal jabatan Ketua Umum, itu ada mekanismenya melalui Kongres.

Tak puas dengan jawaban itu, Moeldoko berusaha untuk menjadi Ketua Umum pada partai-partai lainnya. Bahkan, salah satu mantan Wakil Presiden bercerita, beliau didatangi oleh Moeldoko dan meminta dukungan agar Moeldoko bisa menjadi Ketua Umum di salah satu Partai Politik. Lagi-lagi mantan Wakil Presiden ini juga menolaknya halus.

“Beliau katakan, untuk menjadi Ketua Umum itu ada mekanismenya melalui Kongres. Memang soal kemampuan politik praktis, KSP Moeldoko ini agak diragukan kapasitasnya. Jangankan menjadi Ketua Umum Partai Politik, menjadi Ketua Umum PSSI saja kalah. Buktinya, beliau dikalahkan oleh yunior empat tahun dibawahnya, yakni pak Edy Rahmayadi, yang sekarang menjadi Gubernur Sumatera Utara,” ucap Herzaky.

Meragukan

Dengan adanya pengalaman ini, Partai Demokrat pun mengaku meragukan kemampuan intelijen Moeldoko. Apalagi ketika ia berkomplot dengan Johnny Allen Marbun yang disebut Herzaky sebagai oknum kader Demokrat.

Menurutnya, mestinya sebelum mengiyakan tawaran Marbun mengambil alih Demokrat, sebagai TNI, Moeldoko hendaknya membaca dulu peta politik dan kekuatan.

“Kalau ada jenderal mengaku doktor politik, tapi cuma modal nafsu melakukan KLB, lalu kalah dan tidak diakui oleh Pemerintah, hal ini tentu saja mengecewakan. Men-downgrade kemampuan KSP, Panglima, jenderal bintang empat dan doktor politik. Wajar kalau ada yang menilai KSP Moeldoko itu hanya punya nafsu berkuasa saja, tanpa melalui sebuah proses MDMP, atau Military Decision Making Process, atau Proses pengambilan keputusan, yang baik dan benar. Padahal hal-hal ini dipelajari oleh seluruh perwira militer ketika mengenyam pendidikan Sesko Angkatan,” ucap Herzaky.

Partai Demokrat sendiri mengaku menjalankan strategi intelejen ini termasuk saat Moeldoko hendak “mengkudeta” Partai Demokrat.

Pihaknya terus mengikuti pergerakan Moeldoko. Sehari sebelum berangkat ke Deli Serdang, Moeldoko masih berkegiatan dengan Presiden di Banten. Ini yang membuat Presiden Jokowi juga berang.

Menurut informasi yang Demokrat percaya, KSP Moeldoko berangkat ke Deli Serdang tanpa izin Presiden. Meski sebelumnya KSP Moeldoko juga membantah terlibat KLB, tapi Demokrat mengklaim diberi informasi bahwa Moeldoko akan berangkat ke Deli Serdang dengan pesawat Garuda pada hari Jumat tanggal 5 Maret 2021.

Kenyataannya, meski sudah dipanggil beberapa kali oleh petugas Garuda di bandara, Moeldoko tidak masuk pesawat, dia berusaha melakukan pengelabuan.

“KSP Moeldoko ternyata menggunakan pesawat jet pribadi dari Halim Perdana Kusumah ke Medan, dengan transit terlebih dahulu di Batu Licin Kalimantan Selatan. Siapa intelijen kami? Rakyat. Karena kami, Partai Demokrat, Berkoalisi dengan Rakyat,” ujar dia.

Sesampainya di Medan, Moeldoko dikelabui Johnny Allen. Soalnya, mereka yang datang adalah juga mantan kader partai Demokrat.

Herzaky menyebut kedatangan para mantan ini juga dengan motif uang. Namun tak berhenti sampai di situ, Johnny Allen bahkan mengklaim, Kemenkumham akan mengesahkan hasil Kongres Luar Biasa yang dihelatnya.

“Kenyataannya? Kita tahu semua, Pemerintah cukup adil dan bijaksana. Kemenkumham menolak hasil KLB. Ini pukulan terberat bagi KSP Moeldoko. Tapi kami diingatkan oleh beberapa Jenderal bintang empat: KSP Moeldoko tidak akan berhenti. Selama dia masih di KSP, masih bercokol di istana, dia akan menggunakan kekuasaannya untuk mencapai ambisinya. Peringatan itu terbukti. KSP Moeldoko melakukan beberapa kali rapat, untuk melanjutkan Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat,” ujar dia.***

Diterbikan: oposisicerdas.com
Foto: Moeldoko dalam KLB Deli Serdang. /Antara Foto/Endi Ahmad
Perseturuan Demokrat-Moeldoko, Ternyata Sudah Dimulai Sejak 2015 Perseturuan Demokrat-Moeldoko, Ternyata Sudah Dimulai Sejak 2015 Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar