Said Didu Sebut Proyek Kereta Api Cepat 'Jebakan', Akal-akalan China Caplok Infrastruktur Indonesia

Analis Kebijakan Publik, Said Didu memberikan pernyataan yang cukup ‘kontroversial’ terkait Proyek Kereta Api Cepat yang dilakukan China-Indonesia.

Pernyataan itu disampaikan, setelah adanya pembengkakan biaya sekitar Rp27.17 triliun untuk proyek yang sampai saat ini belum selesai tersebut.

Akibat melarnya biaya proyek ini, konsorsium Indonesia pun diprediksi harus menanggung beban tambahan sebesar Rp4.1 miliar.

Pernyataan peneliti dari Universitas Tsurumi Jepang Masako Kuranishi pun turut kembali menjadi sorotan.

Pasalnya, dia pernah mengingatkan Indonesia agar sangat berhati-hati terhadap gerakan China di Asia, terutama di Bumi Pertiwi ini.

Masako Kuranishi mengingatkan jangan sampai Indonesia salah langkah, atau negara bisa berantakan karena China.

Melihat polemik proyek Kereta Api Cepat antara China-Indonesia tersebut, Said Didu pun memberikan pernyataan yang cukup kontroversial.

Dia menyatakan bahwa Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung itu adalah ‘jebakan’ yang diberikan China.

Hal itu disampaikan dalam unggahan di akun media sosial pribadinya pada Selasa, 7 September 2021.

Menurut Said Didu, China menjadikan proyek tersebut sebagai pintu masuk untuk aneksasi infrastruktur strategis di Indonesia.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aneksasi memiliki arti pengambilan dengan paksa tanah (wilayah) orang (negara) lain untuk disatukan dengan tanah (negara) sendiri.

Selain itu, aneksasi juga dapat berarti penyerobotan, pencaplokan, atau penggabungan.

"Hari ini saya menyatakan bahwa: Jebakan Proyek Kereta Api Cepat China Jakarta-Bandung adalah pintu masuk China untuk aneksasi infrastruktur strategis di Indonesia," tutur Said Didu, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari akun Twitter @msaid_didu.

Dia pun menyamakan proyek Kereta Api Cepat tersebut dengan proyek Mobil Esemka yang sempat ramai pada tahun 2012 lalu.

"Silakan publik catat, seperti halnya saat 2012 saya katakan bahwa mobil Esemka adalah kebohongan." kata Said Didu.***

Source: Silahkan Klik Link Ini

Diterbikan: oposisicerdas.com

Foto: Analis Kebijakan Publik, Said Didu/Net