Breaking News

Konon Sunan Muria Pernah Membakar Masjid, Bagaimana Ceritanya?


Masjid Sunan Muria yang berada di Puncak Gunung Muria, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah merupakan peninggalan Sunan Muria yang cukup sederhana. Konon sebelum ada masjid tersebut, masjid pertama yang dibangun Sunan Muria dibakar dan mendirikan masjid lagi. Lalu bagaimana ceritanya?

Masjid Sunan Muria berada di kompleks Makam dan Masjid Sunan Muria yang terletak di Desa Colo Kecamatan Dawe. Lokasi untuk sampai masjid itu harus menempuh jarak sekitar 19 kilometer atau ditempuh dengan berkendara membutuhkan waktu 32 menit dari pusat Kota Kudus.

Lokasi Masjid Sunan Muria berada di puncak Gunung Muria. Jalan dari Kecamatan Dawe ke lokasi pun menanjak. Sesampai di Desa Colo tepatnya diparkirkan Wisata Religi Sunan Muria, peziarah harus berjalan kaki melewati tangga atau naik ojek untuk sampai ke Makam dan Masjid Sunan Muria.

Masjid Sunan Muria kini masih berdiri. Namun masjid tersebut sudah beberapa kali direnovasi. Meski demikian hingga kini masih terdapat peninggalan dari Sunan Muria yang masih asli dan disimpan di masjid tersebut.

Imam Masjid Sunan Muria, Mastur, menjelaskan Raden Umar Said atau yang kemudian dikenal dengan Sunan Muria dulu tidak langsung mendirikan masjid di puncak Gunung Muria. Awalnya Sunan Muria membangun masjid di Bukit Pethoko terlebih dahulu.

"Raden Umar Said, beliau pertama tidak menuju ke sini (puncak gunung Muria). Beliau ini pernah mendirikan masjid di Bukit Pethoko, tapi satu hal kerbau yang dibawa itu berjalan lagi sampai sini akhirnya beliau mendirikan masjid di puncak Gunung Muria," kata Mastur saat ditemui Sabtu (24/4/2021).

"Ini puncak Gunung Muria, kerbau beliau ini merumput di sini seluas 19 ribu meter. Akhirnya kerbau di sini, dan Sunan Muria tinggal di sini dan mendirikan masjid di sini sekitar abad ke 15 sampai 16 Masehi," lanjut Sekretaris Dewan Pembina Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria tersebut.

Mastur menceritakan awalnya Sunan Muria mendirikan masjid yang cukup bagus di Puncak Gunung Muria. Masjid tersebut justru mendapatkan sanjungan, terutama dari Sunan Kudus. Hingga akhirnya Sunan Muria membakar masjid yang disanjung tersebut. Lalu Sunan Muria membangun masjid yang sederhana.

"Masjidnya Sunan Muria itu bagus, akhirnya beliau tidak enak karena niatnya mendirikan masjid itu untuk dakwah tetapi mendapatnya sanjungan. Akhirnya dibakar dan kemudian mendirikan masjid yang sederhana ini. Sampai sekarang sudah direnovasi beberapa kali terakhir (dilakukan renovasi) sekitar tahun 1980-an," terang Mastur.

Namun sejumlah peninggalan Sunan Muria yang asli dan disimpan di masjid. Di antaranya pengimaman atau mihrab yang dipercaya masih asli. Mihrab tersebut memiliki keunikan karena bentuknya menjorok ke dalam, bukan keluar masjid. Kata Mastur hal tersebut sebagai pelajaran bahwa sebagai manusia harus mementingkan akhirat daripada duniawi.

Mihrab tersebut berwarna putih. Di mihrab tersebut terdapat ukiran piring keramik kecil yang berjumlah 30 buah dan bagian atas mihrab terdapat tulisan Arab.

"Ini terutama masjid pengimaman (mihrab) yang dari batu ini, ini masih asli dan perlu kami sampaikan bahwa pengimaman masjid Sunan Muria adalah lain dari yang lain. Karena menjoroknya ke dalam bukan keluar, ini memberikan pelajaran kepada kaumnya. Bahwa kaumnya hendaknya mementingkan akhirat daripada duniawi," terang dia.

"Kemudian ada mustaka masih asli. Puncak masjid yang sampai sekarang masih kita rawat yang dibuat dari tembaga," lanjut dia.

Tidak hanya itu, umpak atau penyangga tiang saka masjid yang berjumlah empat buah juga masih asli. Umpak tersebut terbuat dari batu dan kini berbentuk ada ukirannya.

"Umpak tiang saka, sekarang sudah diukir sedemikian rupa," jelasnya.

Selanjutnya ada beduk di Masjid Sunan Muria yang asli. Menurutnya beduk tersebut sempat dimiliki orang, namun akhirnya diserahkan kepada pihak Masjid Sunan Muria pada tahun 1955 silam.

"Beduk adalah kelengkapan budaya jawa, tadi beduk ini peninggalan dari Mbah Sunan Muria. Tapi zaman kerajaan, waktu itu pernah dimiliki orang lain,. Tahun 1955 itu dikembalikan oleh yang memiliki beduk tersebut. Diantarkan ke sini. Konon itu mengembalikan," terangnya.

Mastur menjelaskan penyebaran agama Islam oleh Sunan Muria memiliki metode yang unik. Yakni dengan sebutan 'tapa ngeli' yang berarti mengikuti budaya masyarakat. Kemudian diisi dengan agama Islam dan akhirnya diterima oleh masyarakat.

"Metode penyebaran islam, beliau mengikuti arus masyarakat. Beliau tidak kemudian memotong tradisi masyarakat tidak. Beliau ini mengikuti masyarakat, sehingga mempunyai moto 'tapa ngeli', yang artinya mengikuti kegiatan masyarakat, mengikuti budaya masyarakat diisi dengan agama islam dan akhirnya diterima oleh masyarakat," ucapnya.

Menurutnya Sunan Muria dulu juga dikenal dengan ajaran untuk memperbanyak sedekah. Ajaran itu dikenal dengan 'pagerana omahmu nganggo mangkok'. Artinya kata Mastur masyarakat dulu diajak untuk memperbanyak sedekah dan saling tolong-menolong dengan orang lain.

"Terus kemudian 'pagerana omahmu nganggo mangkok' ini memperbanyak sedekah ini juga ajaran dari Sunan Muria," terang Mastur.

Tradisi yang masih dilakukan masyarakat adalah Haul atau salin luwur Sunan Muria. Haul Sunan Muria dilakukan setiap tanggal 15 Muharram.

"Tradisi kami masih melakukan 15 Muharram itu Haulnya Sunan Muria, itu kita memotong belasan kerbau dan puluhan kambing, kita menanak nasi. Di mana nanti kita mengadakan pengajian, membagikan berkat kepada masyarakat kepada peziarah sampai habis. Atau yang disebut dengan Salin Luwur," jelasnya.

Kemudian setiap, kata Mastur setiap Jumat Wage pada bulan September ada tradisi Guyang Cekatak. Yakni tradisi membersihkan pelana kuda peninggalan Sunan Muria.

"Setiap Jumat Wage bulan September ada Guyang Cekatak. Cekatak itu pelana kuda Sunan Muria. Sunan Muria dulu konon memiliki kuda berwarna putih. Pelana masih kita simpan dan untuk menghormati beliau, mengenang beliau, pelana itu kita mandikan di tempat wudlu Sunan Muria. Acara tahlil selamatan di sendang Rejoso itu tadi," pungkas Mastur.

Diterbikan: oposisicerdas.com
Foto: Masjid Sunan Muria. (Foto: Dian Utoro Aji/detikcom)
Konon Sunan Muria Pernah Membakar Masjid, Bagaimana Ceritanya? Konon Sunan Muria Pernah Membakar Masjid, Bagaimana Ceritanya? Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar