Breaking News

Di Megamendung, H125 Ajarkan Santri Berkebun, Bukan Membuat Perkebunan


Seorang emak-emak menangis tersedu sambil menumpahkan kesedihannya. Dia mendengar berita bahwa lahan yang dipakai oleh H125 untuk pesantren agrokultural Markaz Syariah (MS) di Megamendung, Bogor, akan diambil paksa oleh pemilik HGU-nya, yaitu PTPN VIII.
 
Dirut PTPN 8, Muhammad Yudayat, sudah mengirimkan somasi per 18 Desember 2020. Inilah somasi pertama dan terakhir. Tidak main-main. Dia mengatakan, lahan seluas 31 hektar yang selama ini dipakai H125 untuk bercocok tanam, harus diserahkan kepada perusahaan perkebunan itu. Akan diambil paksa.
 
Pak Dirut mengultimatum, jika dalam seminggu tidak dikosongkan, maka pihak PTPN 8 akan menyampaikan laporan ke Polisi. Bakal menjadi pengaduan polisi yang kesekian kali atas nama H125.
 
Padahal, lahan itu terlantar lebih 30 tahun. Kemudian digarap oleh warga masyarakat. Dari warga penggarap itulah H125 membeli lahan tsb. Jadi, lahan itu dibeli bukan diserobot.
 
Ibu yang menangis itu terdengar sangat pilu. “Sampai segitunya mereka membenci H4bib,” ujar Ibu tsb dalam rekaman yang beredar di berbagai platform media sosial.
 
Ibu yang pilu itu tahu persis penggunaan lahan MS. Di atas tanah yang relatif tidak terlalu luas itu jika dibandingkan 300,000 hektar yang dikuasai oleh konglomerat sedangan, anak-anak santri MS melantunkan sholawat. Mereka berzikir. Menghafal al-Quran. Memohon kepada Yang Mahakuasa agar menyelamatkan bangsa dan negara ini.
 
Ibu yang terisak-isak itu tahu bahwa para santri di MS tidak diajarkan memusuhi siapa pun. Yang diajarkan kepada mereka adalah cara hidup yang berguna bagi manusia lain. Mereka diajarkan memberi, bukan mengambil. Diajarkan hidup sederhana, bukan hidup semena-mena. 
 
Anak-anak santri itu dididik agar tidak membuat kerusakan di muka Bumi ini. Mereka diajarkan menanam, bukan membabat. Diajarkan berkebun, bukan membuat perkebunan.
 
Anak-anak santri MS diajarkan hidup mandiri, bukan menipu Bank Mandiri. Mereka diajarkan berbagi rezeki, bukan bagi-bagi uang korupsi. Kelak diharapkan para santri akan menjadi inisiator bansos, bukan koruptor bansos.
 
Di pesantren MS, para santri tidak diajarkan membuat Tambang Batubara. Jauh dari itu. Tetapi mereka dididik agar tidak terjerumus seperti Juliari Batubara.
 
Anak-anak santri itu tidak hanya belajar agama. Mereka juga belajar matemateika, dan pengetahuan umum. Pengetahuan umum mereka lumayan luas. Misalnya, mereka tidak hanya tahu tentang peranan penting Menhan Prabowo. Tapi mereka juga paham tentang kisah benur lobster Edhy Prabowo.

Jadi, lahan 31 hektar yang dipakai H125 di Megamendung itu bukan untuk memperkaya pribadi. Melainkan untuk memperkaya kepribadian.

Silakan Anda cek apa yang dilakukan oleh para konglomerat di atas berjuta hektar lahan yang mereka kuasai. Namun, kalau kalian masih perlu lahan 31 hektar yang dibeli resmi oleh H125 dari warga setempat, beliau pasti akan menyerahkanya.
 
26 Desember 2020

By Asyari Usman
(Penulis wartawan senior)

Diterbikan: oposisicerdas.com
Foto: santri markaz syariah

Disclaimer : Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Di Megamendung, H125 Ajarkan Santri Berkebun, Bukan Membuat Perkebunan Di Megamendung, H125 Ajarkan Santri Berkebun, Bukan Membuat Perkebunan Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar