Breaking News

Heboh Indonesia Diprotes China saat Dapat 'Harta Karun' Besar di Natuna


Sengketa kawasan Laut China Selatan kembali bikin geger. Kali ini pemerintah China baru saja dilaporkan protes soal pengeboran minyak dan gas (migas) di area Laut China Selatan. China meminta Indonesia untuk menghentikan pengeboran minyak dan gas alam di wilayah yang diklaim masuk ke teritorial China.

Dalam catatan detikcom, hal ini dilaporkan Reuters pada 1 Desember kemarin. Disebutkan ada satu surat dari diplomat China kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia yang meminta Indonesia menghentikan pengeboran di rig lepas pantai karena diklaim berada di dalam wilayah China.

Saat protes China ini dilaporkan, Indonesia memang baru saja melakukan pengeboran eksplorasi minyak di sekitar Laut China Selatan. Bahkan, SKK Migas selaku regulator hulu migas di Indonesia pada 1 Desember lalu melaporkan pengeboran eksplorasi itu menemukan adanya cadangan migas baru alias harta karun energi di wilayah Laut China Selatan.

Temuan itu tepatnya berada di Wilayah Kerja (WK) Tuna yang terletak di lepas pantai Natuna Timur, tepat di perbatasan Indonesia-Vietnam.

Dalam keterangan SKK Migas, Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan, temuan cadangan ini diperoleh melalui pengeboran dua sumur delineasi Singa Laut (SL)-2 dan Kuda Laut (KL)-2. Hal itu dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama KKKS Premier Oil Tuna B.V.

"Tahun 2014 lalu, Premier Oil melakukan pengeboran sumur eksplorasi dengan dua kaki yang menyasar pada potensi hidrokarbon di struktur SL-1 dan struktur KL-1. Kedua sumur ini menemukan potensi minyak dan gas dari Formasi Gabus, Arang, dan Lower Terumbu. Potensi hidrokarbon dari struktur SL dan KL ini kemudian dikonfirmasi kembali dengan melakukan pengeboran dua sumur delineasi SL-2 dan KL-2 pada tahun 2021," kata Benny dalam keterangan yang dikutip detikcom di website resmi SKK Migas, Jumat (3/12/2021).

Benny menambahkan, sejak awal SKK Migas telah mengkategorikan kedua sumur ini ke dalam sumur kunci tahun 2021. Menurutnya, dengan keberhasilan temuan kedua sumur ini akan membuka peluang penemuan hidrokarbon lainnya di area tersebut.

Saat ini, SKK Migas dan Premier Oil Tuna B.V. tengah melakukan koordinasi dan langkah-langkah yang diperlukan untuk dapat menghitung secara terukur besaran cadangan hidrokarbon di struktur SL dan KL.

"Evaluasi PSE (Penentuan Status Eksplorasi) dan studi-studi pendukung usulan Plan of Development akan mulai didiskusikan selambatnya awal Januari 2022," lanjut Benny.

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Basilio Dias Araujo menyatakan protes yang diajukan China soal pengeboran migas yang dilakukan Indonesia tidak jelas. Dia menegaskan semua kegiatan pengeboran yang dilakukan di perairan Natuna berada di wilayah Indonesia.

"Indonesia melakukan kegiatan eksplorasi (pengeboran migas) masih di dalam wilayah landas kontinen yang menjadi hak Indonesia. Saya tidak paham dasar hukum apa yang dipakai China untuk protes kegiatan eksplorasi minyak di dalam landas kontinen Indonesia," ungkap Basilio ketika dihubungi detikcom.

Sebagai upaya pencegahan, Basilio menyatakan pemerintah telah menyiagakan personel Angkatan Laut dan Bakamla untuk mengamankan kegiatan pengeboran migas yang dilakukan.

"Kita sudah taruh Angkatan Laut dan Bakamla untuk mengamankan kegiatan eksplorasi yang dilakukan SKK Migas di sana. Itu dilakukan sesuai dengan aturan nasional kita," tegas Basilio

Lebih lanjut, Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menyatakan operasional hulu migas di Laut Natuna tetap jalan terus. Tidak ada hambatan yang terjadi meskipun China meminta Indonesia menghentikan aktivitas pengeboran minyak di Natuna. Kegiatan hulu migas di sana, menurut Julius, masih berjalan dengan aman dan lancar.

"Selama ini aman dan lancar operasional seluruh kegiatan hulu migas di Laut Natuna," kata Julius ketika dihubungi detikcom.[detik]

Foto: Pengeboran Migas
Heboh Indonesia Diprotes China saat Dapat 'Harta Karun' Besar di Natuna Heboh Indonesia Diprotes China saat Dapat 'Harta Karun' Besar di Natuna Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar