Breaking News

Konflik Meningkat, China Kepergok Bangun Tembok Besar di Wilayah Laut Natuna Utara


Konflik di wilayah Laut Natuna Utara kini semakin meningkat. China bahkan kepergok telah membangun tembok besar di wilayah tersebut.

Selama ini, China dilaporkan telah menempatkan pesawat tempur di benteng pulau buatannya yang ilegal di wilayah Laut Natuna Utara.

Kabar pembangunan tembok di wilayah Laut Natuna Utara tersebut langsung dibantah oleh pemimpin China, Presiden Xi Jinping.

Namun, US Naval Institute melihat ada pesawat patroli anti kapal selam Y-8Q dan KJ-500 airborne early warning & control (AWAC), pada Mei 2021.

Bukan hanya kali ini, pesawat-pesawat tersebut pernah mendarat di pulau-pulau itu sebelumnya.

Seorang analis dari Universitas John Hopkins dan Mantan Perwira Intelijen Angkatan Laut Michael Dahm, mengungkapkan foto satelit baru yang menunjukkan pembangunan tembok secara permanen.

"PLA mungkin telah memulai operasi udara rutin dari lapangan terbang itu," ujar Dahm pada pada The Washington Times, seperti dilansir dari News AU.

Pada tahun 2015 lalu China bersikeras mengatakan dinding yang terlihat pada satelit hanya tempat berlindung yang aman.

Tempat tersebut juga diklaim sebagai fasilitas penyelamatan untuk penangkapan ikan komersial dan pengiriman di terumbu Paracel dan Pulau Spratly.

Dari foto satelit, nampak luasnya lapangan terbang dengan hanggar tahan bom, tempat pembuangan amunisi bawah tanah, dan menara senjata.

China selalu berusaha meredakan situasi dan membantah pihaknya akan 'memiliterisasi' fasilitas dengan pesawat tempur atau kapal perang yang ditempatkan secara permanen. Namun bukti mengatakan hal lain.

"Ini menunjukkan bahwa China berusaha meningkatkan kendalinya atas kawasan itu," ujar direktur eksekutif nasional Australian Institute of International Affairs (AIIA) Dr Bryce Wakefield.

"Pesawat-pesawat ini akan memungkinkan China untuk menggunakan aset di kawasan itu secara lebih efektif yang disebut milisi maritim, misalnya untuk melancarkan kampanye pelecehan mereka dalam skenario perang," katanya menambahkan.

Operasi rutin pesawat pengintai militer di lepas pantau pulau buatan di Laut Natuna Utara, justru membuktikan bantahan China salah. Hal itu justru membuktikan Beijing tidak berminat mundur dari ambisi teritorialnya.

Analis keamanan internasional mengatakan peningkatan aktivitas militer yang sedang berlangsung seperti mengungkapkan umpan balik yang mematikan antara China dan Amerika Serikat.

"Perubahan paling signifikan dalam postur militer pada tahun 2021 adalah munculnya pesawat dan helikopter misi khusus China di Subi dan Mischief Reefs," tutur Dahm.

Penempatan pesawat tempur modern di pulau-pulau membangkitkan ketakutan lama.

Foto satelit Mischief Reef. News AU

Dahm mengatakan kehadiran militer China akan mengisi celah kritis dalam kemampuan angkatan laut PLA di Laut Natuna Utara, terutama dalam hal pengintaian dan kekuatan udara.

Benteng-benteng yang dibangun China menampung rudal anti-pesawat HQ-9 dan rudal jelajah anti-kapal YJ-12 dalam emplasemen beton.

"Jika konflik pecah di kawasan itu, penempatan aset militer pada fitur seperi Mischief atau terumbu Subi mungkin memberi keuntungan China sejak dini," ujar Dr Wakefield.

"Namun, utilitas strategis mereka akan berkurang dengan cepat mengingat kerentanan ekstrem mereka. Oleh karena itu, penyebaran ini kemungkinan lebih ditujukan untuk mendukung kegiatan yang memperkuat klaim China di wilayah tersebut," katanya.***

Diterbikan: oposisicerdas.com
Foto: Gambar satelit Fiery Cross Reef di Laut Natuna Utara yang dimiliterisasi. /
Konflik Meningkat, China Kepergok Bangun Tembok Besar di Wilayah Laut Natuna Utara Konflik Meningkat, China Kepergok Bangun Tembok Besar di Wilayah Laut Natuna Utara Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar