Breaking News

Jenderal Dudung tak Terbendung


Dudung Abdurachman menjadi bintang dalam mutasi perwira tinggi (Pati) TNI, akhir Mei 2021 ini. Sesuai Surat Keputusan (Skep) Panglima TNI Nomor Kep/435/V/2021 tanggal 25 Mei 2021 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan TNI. Keputusan mutasi dan promosi itu diumumkan Pusat Penerangan TNI, Selasa (25/5/2021) malam WIB.

Bagai hadiah Lebaran, Dudung mendapatkan promosi dari posisi semula Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) Jaya/Jayakarta menjadi Panglima Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat). Posisi Pangdam Jaya akan diisi Mayjen Mulyo Aji (Akmil 1987). Dia merupakan wong Solo, yang sebelumnya menjabat Asisten Personel KSAD.

Nama Dudung tertera dalam mutasi dan promosi jabatan 80 pati TNI. Terdiri atas 46 pati TNI AD, 15 pati TNI AL, dan 19 pati TNI AU. Dengan promosi jabatan tersebut, Dudung otomatis mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Letnan Jenderal atau pati TNI AD bintang tiga.

Dia menjadi satu dari lima Letjen abituren (lulusan sekolah militer) Akademi Militer (Akmil) 1988-A maupun 1988-B. Abituren 1988-A merupakan werfing (hasil seleksi) tahun 1984. Sedangkan, abituren 1988-B merupakan werfing tahun 1985.

Dudung merupakan abituren Akmil 1988-B. Yang sudah berpangkat letjen, yaitu mendiang Letjen Herman Asaribab (mantan Wakil KSAD), Letjen Arif Rahman (Komandan Pussenifad), menyusul Letjen Dudung Abdurachman (Panglima Kostrad).

Sementara, dari Akmil 1988-A, adalah Letjen Agus Rohman (Panglima Kogabwilhan III TNI), Letjen Candra W Sukotjo (Komandan Puspomad), menyusul Letjen Teguh Arif Indratmoko (Komandan Pusterad). Teguh Arif juga termasuk dalam promosi bersama Dudung dalam Skep yang sama.

Begitu pun Letjen Eko Margiyono (Akmil 1989) termasuk dalam mutasi dan promosi pada Skep yang sama dengan Dudung dan Teguh Arief Indratmoko. Eko sudah sekitar satu tahun menjadi Panglima Kostrad segera digantikan Dudung. Eko pindah ke Mabes TNI menjadi Kepala Staf Umum (Kasum) TNI menggantikan Letjen Ganip Warsito (Akmil 1986). Setahun yang lalu, Eko juga digantikan Dudung sebagai Panglima Kodam Jayakarta.

Sedangkan, Letjen Ganip pada Selasa (25/5/2021) pagi WIB, dilantik Presiden Joko Widodo menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggantikan Letjen Doni Monardo (Akmil 1986). Doni pensiun dari dinas militer pada 1 Juni 2021 mendatang. Jabatan kepala BNPB merupakan pejabat setingkat menteri kabinet dalam pemerintahan.

Calon KSAD

Dengan demikian, lima abituren Akmil 1988-A maupun 1988-B bersama Letjen Eko Margoyono (Akmil 1989) berpeluang besar menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Jenderal Andika Perkasa. Andika masih 1,5 tahun lagi pensiun dari dinas militer.

Ada pula Letjen Candra W Sukotjo, tetapi tipis peluangnya untuk menjadi KSAD. Karena belum ada sejarahnya KSAD berasal dari Korps Polisi Militer. Begitu juga bagi Letjen Albertus Budi Sulistya (Kepala RSPAD), abituren Sepa Milsuk 1989 dari Korps Kesehatan Militer. Belum pernah ada dari Korps Kesehatan yang menjadi bintang empat. Baik polisi militer maupun kesehatan merupakan bagian dari kelompok korps bantuan administrasi (banmin) AD.  

Pada era modern, semua KSAD berasal dari lulusan Akmil, sejak Jenderal Rudini (Akmil Breda 1955) pada 1983-1986 dan Jenderal Try Sutrisno (Akmil Bandung 1959) pada 1986-1988. Seterusnya dari Akmil Magelang sejak Jenderal Edi Sudradjat (Akmil Magelang 1960) pada 1988-1993. Sampai saat ini, Jenderal Andika Perkasa (Akmil 1987) pada 2018 hingga kini.

Selama ini KSAD umumnya dari Korps Infanteri. Kemudian dari Korps Zeni tiga orang (Jenderal GPH Djatikusumo, Jenderal Try Sutrisno, dan Jenderal Budiman). Sedangkan dari Korps Kavaleri satu orang, Jenderal R Hartono. Peluang untuk menjadi KSAD terbuka bagi enam korps tempur (pur) maupun bantuan tempur (banpur), yakni Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, Zeni, dan Penerbad.

Kembali soal peluang menjadi KSAD. Selain abituren Akmil 1988-A dan 1988-B, memang ada sejumlah jenderal bintang tiga di TNI AD lainnya. Mereka merupakan abituren Akmil 1986 dan 1987. Peluang mereka untuk menjadi KSAD pengganti Jenderal Andika Perkasa semakin tipis karena dalam tahun ini maupun tahun depan akan pensiun dari dinas militer.

Mereka dari abituren Akmil 1986 adalah Letjen Besar Harto Karyawan (Korsahli KSAD) akan pensiun Juni 2021 ini. Kemudian, Letjen Arios Tiopan Aritonang (Komandan Kodiklat TNI) akan pensiun Desember 2021 mendatang. Selain itu, Letjen Wisnoe Prasetja Boedi, sebelumnya Danpusterad kembali bergeser ke posisi yang pernah didudukinya, yakni Korsahli KSAD. Wisnoe akan pensiun pada Februari 2022 mendatang.

Dari Akmil 1987, Letjen Muhammad Herinda (Wakil Menteri Pertahanan). Herindra pensiun Desember 2022. Letjen Ida bagus Purwalaksana (Inspektur Jenderal Kemenhan), pensiun Maret 2022. Letjen Benny Susianto (Inspektur Jenderal AD) akan pensiun Januari 2022. Letjen Bakti Agus Fadjari (Wakil KSAD), pensiun September 2022.

Jadi, peluang abituren Akmil 1987 tipis karena mereka sama-sama satu abituren dengan Jenderal Andika Perkasa. Dengan begitu, kecil kemungkinannya KSAD mendatang berasal dari lulusan yang sama karena akan menghambat regenerasi perwira tinggi TNI.     

Dari nama-nama tersebut di atas yang berpeluang menjadi KSAD, Dudung bersaing kuat dengan Eko Margiyono dan Teguh Arief Indratmoko. Sebelum Dudung dan Teguh Arief mendapatkan promosi bintang tiga, peluang itu hanya ada pada Eko Margiyono. Sedangkan, Agus Rohman (Akmil 1988-A) pada September 2021 ini akan pensiun.

Berani ambil risiko

Jadi, ada tiga nama calon kuat KSAD. Dari tiga nama itu, tak ayal, Dudung paling berpeluang menggantikan Andika Perkasa. Isyarat itu setidaknya pernah terungkap saat Presiden Jokowi mengumpulkan para Panglima Kodam dan Kepala Polda di istana, baru-baru ini. Presiden Jokowi menyebut nama Dudung beberapa kali untuk menjadi contoh bagi para Panglima Kodam maupun Kepala Polda dalam hal ketegasan dan berani mengambil risiko.

Dudung memang dikenal sebagai jenderal berani mengambil risiko. Bukan jenderal yang mencari jalan aman-aman saja. Terakhir dia mengumumkan perang melawan penagih utang (debt collector). Dia tidak peduli dengan kemungkinan ada backing di belakang penagih utang tersebut. “Saya akan tumpas. Tidak peduli ada siapa di belakang mereka. Mau pensiunan jenderal atau siapa pun, kalau keliru harus saya luruskan,” kata Dudung.

Saat ramai aksi demonstrasi mahasiswa di Jakarta, Dudung langsung mendekati mahasiswa yang emosional. Ia dekati dengan ramah dan memeluk mahasiswa yang berteriak menentang kebijakan pemerintah. Ia berikan brosur tentang hal-hal yang ditanyakan mahasiswa pada demonstrasi tersebut. Dudung juga mengingatkan bahwa pada saat maghrib tiba, demonstran harus membubarkan diri.

Dudung pun mengajak para demonstran untuk Shalat Maghrib bersama. Dudung langsung memimpin shalat di jalan raya, menjadi imam Shalat Maghrib. Kemudian, ia minta anak buahnya mengangkut dengan truk para mahasiswa yang akan pulang ke arah jalan menuju rumah masing-masing.

Prajurit Kodam Jaya diminta mengawal mahasiswa bukan melakukan tindakan kekerasan. "Mahasiswa bukan untuk dipukuli, diberikan pemahaman saja. Mereka kaum intelektual yang harus diberikan informasi ilmu yang cukup."

Dia pun langsung turun tangan saat ada anak buahnya yang tanpa sadar menyalahi prosedur komando dalam tugas mengantisipasi aksi kedatangan Habieb Muhammad Rizieq di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Dudung langsung mendatangi Markas Yonzipur 11 Kodam Jaya untuk memberikan pemahaman tugas bagi para prajurit yang dilarang menyiarkan tugas melalui media sosial.

"Tugas TNI mengamankan bukan untuk dukung-mendukung seseorang atau kelompok, baik ormas maupun orsospol. Hati-hati jangan sampai prajurit terprovokasi. Saya akan berikan tindakan disiplin sekaligus memberikan pelajaran," ujar Dudung.

Begitu juga saat pencopotan baliho-baliho bekas organisasi massa. Ia perintahkan anak buahnya untuk mencopoti baliho tersebut. Alasan Dudung pihak-pihak lain yang seharusnya mencopoti baliho tersebut kewalahan karena setelah diturunkan kemudian dipasang kembali. "Saya ingin Jakarta jadi contoh ketertiban dalam pemasangan baliho atau sejenisnya yang dipasang tanpa izin dan mengganggu ketertiban.”

Dia tidak berharap pujian atau dukungan seperti kiriman karangan bunga di Kodam Jaya. Tanpa karangan bunga ataupun tidak, ia akan terus bekerja mengambil risiko. Saya selalu laporkan kepada KSAD dan panglima TNI sebagai atasan saya, apa pun yang saya kerjakan. Bukan cari popularitas.” ***

Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika

Diterbikan: oposisicerdas.com
Foto: .Mayjen Dudung Abdurachman/Net

Disclaimer : Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Jenderal Dudung tak Terbendung Jenderal Dudung tak Terbendung Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar