Breaking News

Hehamahua Jelaskan Pemicu Analogi 'Musa-Firaun' Saat Ketemu Jokowi


Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) 6 laskar Front Pembela Islam (FPI) Abdullah Hehamahua menilai tidak ada yang salah dengan analogi 'Musa mendatangi Firaun' soal pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang memunculkan kecaman banyak pihak. Abdullah menjelaskan mengapa dia menggunakan analogi itu.

Hehamahua awalnya mengungkapkan kekhawatiran sejumlah anggota TP3 terkait pertemuan dengan Presiden Jokowi. Ada anggota yang khawatir TP3 justru tidak bertaji lagi usai bertemu Jokowi.

"Jujur, ada di antara anggota TP3 yang tidak mau kirim surat untuk audiensi ke Presiden Jokowi. Alasannya, ada anggapan sebagian masyarakat bahwa mereka yang biasa dikenal oposisi, setelah jumpa presiden, lalu diam seribu bahasa. Belum lagi pernyataan para tokoh oposisi tersebut sering dipelintir oleh kalangan tertentu dengan maksud mencederai integritas tokoh, aktivis, atau pemimpin tersebut," kata Abdullah, kepada wartawan, Jumat (16/4/2021).

"Akhirnya, ada yang mengusulkan, supaya tokoh-tokoh TP3 tidak difitnah, maka disepakati kunjungan ke presiden tersebut dianalogikan sebagai Nabi Musa mendatangi Firaun," imbuhnya.

Hehamahua menuturkan Firaun dengan Jokowi merupakan dua pemimpin yang memiliki kualitas dan model kepemimpinan berbeda. Nabi Musa AS, sebut dia, diperintah Allah SWT mendatangi Firaun dengan bahasa yang lembut.

"Maksudnya begini, Firaun itu penguasa Mesir, Jokowi itu penguasa Indonesia. Mereka setara sekali pun kualitas dan model kepemimpinannya tidak sama," sebut Abdullah Hehamahua.

"Musa meninggalkan Mesir tapi kemudian diperintahkan Allah SWT untuk mendatangi Firaun dengan pesan khusus, 'sampaikan dengan bahasa yang lembut dan sederhana'," sambung dia.

TP3 lalu mengikuti. Akhirnya, hanya dua orang dari TP3 yang berbicara dengan Presiden Jokowi, dan yang dibicarakan tidak banyak.

"Oleh sebab itu, disepakati, hanya Pak Amien sebagai Penasihat TP3 dan Pak Marwan Batubara sebagai Sekretaris TP3 yang menyampaikan pernyataan TP3. Hanya sekitar 3 menit, Pak Amien menyampaikan dua ayat Qur'an berkaitan dengan kasus membunuh orang mukmin tanpa hak. Hal itu, menurut Allah SWT, sama dengan membunuh seluruh manusia. Kedua, hukuman bagi pembunuh tersebut di akhirat adalah neraka," ungkap Abdullah Hehamahua.

"Begitu pula dengan Sekretaris TP3 yang hanya menyampaikan dua hal. Pertama, kasus pembunuhan 6 laskar FPI hendaknya diproses secara adil, profesional dan transparan. Kedua, kasus pembunuhan di KM 50 hendaknya diadili di Pengadilan HAM, bukan pengadilan biasa," lanjutnya.

Lebih lanjut, Abdullah Hehamahua menganggap analogi Firaun tidak salah. Dia justru khawatir orang-orang yang mengkritiknya adalah mereka yang menganggap Presiden Jokowi seperti yang diisukan selama ini.

"Saya rasa, tidak ada yang salah dengan analogi tersebut. Apalagi, sabda Rasulullah SAW yang mengatakan, jihad yang paling besar adalah menyampaikan kebenaran di depan penguasa yang menyimpang," sebut Abdullah Hehamahua.

"Kalau toh ada yang menganggap Jokowi tidak sama dengan Firaun karena Jokowi bukan kafir tapi muslim, pertanyaan saya, siapa yang bilang Jokowi itu kafir? Saya khawatir, jangan-jangan mereka yang mengkritik saya tersebut yang justru merasa Jokowi itu kafir atau thogut. Tak ubahnya pencuri yang masuk pasar, menganggap semua orang di situ adalah polisi yang mau menangkap dirinya," paparnya menjelaskan.

Seperti diketahui, Kantor Staf Presiden (KSP), Nahdlatul Ulama (NU) hingga Ali Mochtar Ngabalin mengkritik analogi Musa mendatangi Firaun. Teranyar, Ngabalin menilai sikap Abdullah Hehamahua tidak menunjukkan Islam yang rahmatan lil'alamin.

"Kalau Musa AS setelah dewasa merantau ke Madyan, setelah 10 tahun dia kembali ke Mesir dan dengan mukjizat sebagai seorang nabi. Nah, kawan ini lari ke Malaysia, Hehamahua ini lari ke Malaysia dan pulang menjadi sosok yang menyihir anak-anak muda menjadi radikal dan ekstrem. Itu makanya Abang tulis, dia pulang ke Malaysia--dalam tanda petik--sebagai teroris," ucap Ngabalin, kepada wartawan, Jumat (16/4).

"Saya keberatan (pertemuan TP3 dengan Presiden Jokowi diibaratkan Musa mendatangi Firaun). Makanya sosok seperti Abdullah Hehamahua yang begitu dahsyat, dia tidak menunjukkan Islam yang rahmatan lil'alamin," imbuhnya.

Ketua PBNU Robikin Emhas mengkritik keras analogi pertemuan TP3 dengan Jokowi bak Musa mendatangi Firaun. Menurut Robikin, presiden tidak boleh disamakan dengan Firaun.

"Nah, karena Presiden terpilih secara sah, maka keliru kalau menganalogikan pertemuan dimaksud seperti bertemu Firaun. Perlu ditegaskan, sebagai negara bangsa (nation state) Indonesia bukan negara kafir (darul kuffar). Demikian halnya, presiden dan pemerintah yang ada juga bukan thoghut. Karena itu tidak boleh mengasosikannya sebagai Firaun," ujar Robikin.

Tenaga Ahli Utama KSP, Donny Gahral Adian, meminta TP3 hati-hati dalam membuat perumpamaan. Menurut Donny, Jokowi tak pernah mendikotomikan pendukung atau oposisi.

"Hati-hati membuat ibarat, jangan sampai kebencian membutakan akal dan hati dalam memandang seorang pemimpin," sebut Donny.

"Jokowi sosok negarawan yang berjiwa besar, demokratis dan berkarakter. Beliau mau mendengar semua kelompok, baik pendukung maupun oposisi. Kepedulian beliau kepada rakyatnya tidak dibatasi sekat suku, agama, dan ras," lanjutnya.

Diterbikan: oposisicerdas.com
Foto: Abdullah Hehamahua (Lamhot Aritonang/detikcom)
Hehamahua Jelaskan Pemicu Analogi 'Musa-Firaun' Saat Ketemu Jokowi Hehamahua Jelaskan Pemicu Analogi 'Musa-Firaun' Saat Ketemu Jokowi Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar